Hidayatullah.com– Maraknya berita palsu (hoax) belakangan ini menjadi satu hal yang melatarbelakangi mengapa generasi muda Muslim mesti mengerti dan bahkan terjun dalam dunia jurnalistik.
Hal tersebut mendorong Departemen Nuraniku dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Salim Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang bergerak dalam bidang pers dan kepenulisan mengadakan Islamic Journalistic Training di Kota Tua, Jakarta, Ahad (05/11/2017).
“Acara ini kami selenggarakan di antaranya bertujuan agar generasi muda Muslim kekinian mengerti dan memiliki kemauan dan keberanian untuk menulis, sampai nantinya mampu menjadi jurnalis Muslim yang cerdas dalam menghadirkan literasi yang ikut serta mendorong kecerdasan bangsa ini,” terang Ketua Panitia Pelaksana Islamic Journalistic Training 2017, Gusman.
Baca: Penulis Muslim Harus Bangkit Menggalakkan “Jihad Tulisan”
Peserta yang merupakan aktivis LDK UNJ tersebut terlihat sangat antusias menyimak penyajian materi yang disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Majalah Mulia Imam Nawawi, terutama setelah paparan soal jenis-jenis penulisan berita.
“Menjadi jurnalis merupakan bagian penting tegaknya peradaban. Sebab, masyarakat yang cerdas bisa dilihat dari literasinya. Jika literasinya benar, bertanggung jawab, dan berdasarkan nilai-nilai keimanan atau ke-Tuhan-an, maka masyarakat akan semakin terbangun spirit untuk maju, cerdas dan beradab.
Oleh karena itu, seorang jurnalis muda Muslim harus berusaha sebaik dan sekuat mungkin mengabaikan rasa malas yang datang. Karena, tak ada ulama atau sosok tauladan dalam Islam yang mempunyai etos kerja bermalas-malasan,” urai Wakil Ketua Penulis Muda Indonesia (PENA) ini memberikan spirit.
Pihak LDK UNJ berharap acara ini dapat memotivasi para aktivis LDK mampu melahirkan generasi jurnalis muda Muslim yang berpikiran Islam, berwawasan kebangsaan, dan berani berbuat untuk kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara.

Usai paparan tentang kepenulisan berita, seluruh peserta langsung turun ke lapangan untuk melakukan hunting berita sebagai wujud praktik dari materi yang telah diterima sebelumnya. Kiriman Muhammad Hafidz Fatahillah