Hidayatullah.com– Bagaimana membentengi anak-anak dari bahaya LGBT dan efek negatif gadget/gawai? Baru-baru ini, Pendidikan Integral Pesantren Hidayatullah Ngawi, yang terdiri dari unit Lembaga Pendidikan TK Yaa Bunayya, SD Luqman Al Hakim dan SMP Luqman Al Hakim menggelar seminar parenting di Gedung Seni Pemkab Ngawi, Jl. Teuku Umar, Kabupaten Ngawi, Ahad (09/02/2020).
Seminar yang mengambil tema “From Good to Great Parent: Membangun Imunitas Anak Terhadap Efek Negatif Gadget” itu menghadirkan narasumber Ust Suhadi Fadjaray selaku motivator nasional dan konsultan pendidikan bertaraf nasional maupun internasional.
Seminar diawali dengan penampilan senandung nasyid dari putra putri anak didik KB-TK Ya Bunayya dan SD Luqman Al Hakim Ngawi.
Dilanjutkan acara pembukaan dan pembacaan ayat suci Al Qur’an dari santri SMP Luqman Al Hakim Ngawi, dalam kesempatan itu ananda Hafidz membacakan Al Qur’an Surat Luqman ayat 12-19. Ayat inilah dasar dan motivasi Lembaga Pendidikan Islam Integral Hidayatullah Ngawi menamai unit pendidikannya dengan nama “Yaa Bunayya” dan “Luqman Al Hakim”.
Ketua panitia penyelenggara, Septyadi David, menyampaikan bahwa kegiatan seminar parenting ini dilakukan rutin setiap tahun sebagai upaya menyelenggarakan pendidikan yang sinergi antara sekolah dan orangtua.
“Mendidik anak menjadi pribadi yang shaleh, shalehah, cerdas, dan taat pada orangtua bukan hanya tugas guru saja. Peran orangtua sebagai madrasah utama juga sangat penting. Menjadi orangtua yang bijak dan baik dalam mendidik anak adalah dambaan seorang anak. Bagaimana cara orangtua mendidik anak dengan baik? Bagaimana peran Ayah dan Ibu dalam membangun imunitas anak terhadap efek negatif gadget di era ini? Maka dari problematika inilah seminar parenting diadakan,” terang ustadz muda yang mengampu pelajaran IPA di SMP Luqman Al Hakim Ngawi.
Dalam penyampaian materinya, Ust Fadjaray mengawali dengan mengajak orangtua untuk selalu bersyukur menerima karunia terbesar Allah Subhanahu Wata’ala berupa anak.
“Apapun keadaan anak kita, harus kita syukuri. Jangan banyak menuntut anak untuk bisa ini dan itu. Jangan bandingkan anak kita dengan anak lain,” terang Fadjaray mengawali materinya.
“Padahal jika disadari, jika anak bisa mengeluh, bisa jadi anak akan mengadu, yaa Allah mengapa engkau lahirkan aku dari orangtua yang tidak paham mendidik anak dan tidak paham agama,” tambah penulis buku Ayah Penyejuk Jiwa itu, mengundang perhatian peserta seminar.
Fadjaray menyampaikan lebih lanjut dalam pemaparannya, untuk menjadi orangtua yang pantas memiliki anak keturunan yang idaman, shaleh, dan bertaqwa, maka wajib bagi orangtua untuk memperbaiki diri menjadi orangtua yang baik dan bertaqwa.
“Orangtua harus menjadi contoh baik bagi anak, karena itu yang lebih mudah diterima anak dari pada kata-kata nasihat kepada anak. Karena anak lebih mudah menangkap sesuatu yang dilihat dari pada yang didengar. Maka perlihatkan dan dengarkanlah yang baik-baik kepada anak-anak kita,” lanjutnya.
Untuk membentengi anak dari efek negatif gadget, Fadjaray memberikan beberapa tips di antaranya adalah membatasi penggunaan gadget pada anak.
“Anak usia 0-2 tahun tidak boleh terkena paparan teknologi sama sekali. Anak usia 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi hanya satu jam per hari, dan anak usia 6-18 tahun dibatasi 2 jam saja per hari. Bila anak bermain game 15 jam/minggu atau lebih dari 2 jam/hari maka anak akan menjadi kecanduan secara pathologis,” jelas Fadjaray lebih rinci.
Orangtua sangat diharapkan mampu menjadi teman bermain dan figur yang penuh kasih sayang kepada anaknya untuk mengalihkan kecenderungan anak kepada gadget maupun hal negatif lain sebagai tantangan zaman modernisasi dan liberalisasi komunikasi.
“Jika anak laki-laki kehilangan figur dan kasih sayang dari ayahnya maka ia bisa tumbuh menjadi gay. Begitu juga jika anak perempuan kehilangan figur dan kasih sayang dari ayahnya maka ia bisa tumbuh menjadi lesbi (LGBT, red).Na’udzubillahi minta dzalik,” jelas Fadjaray, yang juga menulis buku Berseri Menjadi Ibu.
Orangtua dan wali murid yang hadir mengikuti acara mengikuti seminar dengan penuh antusias. Pemaparan materi yang lugas, interaktif dan atraktif dari Suhadi Fadjaray tak pelak membuat peserta seminar bersemangat, terkadang diselip tawa riang dan juga haru memenuhi ruangan.
Di akhir sesi banyak orangtua yang sharing pengalaman mendidik anak. Salah satunya wali murid kelas V SD Luqman Al Hakim Ngawi, yang menyatakan bahwa, “Sesungguhnya yang juga perlu diimunisasi terhadap efek negatif gadget selain anak adalah orangtuanya bahkan kakek dan neneknya,” jelas ibu separuh baya itu, membagi kisahnya.
Menyadari banyak tantangan mendidik buah hati pada generasi saat ini, memang dibutuhkan usaha yang lebih baik lagi.
“Semoga dengan adanya seminar ini mampu membantu orangtua dalam mendidik putra putrinya untuk menjadi generasi yang shaleh, shalehah tangguh dan berkualitas di era modern ini,” harap ketua penyelenggara, Septyadi David, di akhir acara.* Galih Pratama Yoga