Hidayatullah.com– Islam itu, kata Farid Ahmad Okbah, Pimpinan Yayasan al-Islam Bekasi, Jawa Barat, dibangun atas lima perkara. Bangunan ini dimulai dari syahadat. Ia menjadi komitmen dasar dalam berislam.
Setelah itu dilanjutkan dengan shalat, yang menjadi bangunan qolbiah (kalbu) dan badaniah (jasmani).
Selanjutnya, zakat, sebagai bangunan maliah. Sedangkan puasa adalah bangunan batiniah.
Lalu bagaimana dengan haji?
“Ibadah haji merangkum semua bangunan itu,” kata Farid saat akan bertolak ke Arab Saudi dari Indonesia lewat Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Senin (21/08/2017) bersama Yayasan Manarah al Islamiyah.
Baca: Kiswah Ka’bah Dinaikkan, Tanda Dimulai Musim Haji Tahun Ini
Di dalam haji ada bangunan qolbiah, badaniah, maliah, dan batiniah.
Karena itu, jika kita ingin haji yang kita ikuti benar-benar mampu membentuk kalbu, jiwa, raga, dan amal yang sempurna, maka hendaklah semua bangunan tadi sempurna.
Setelah faktor internal ini beres, barulah kita beranjak pada fase berikutnya, yakni eksternal. Ibadah haji pun, menurut Farid, seharusnya bisa menjadi langkah awal menuju eksternal.
Allah Subhanahu Wata’ala menganugerahkan kepada kaum Muslim waktu untuk berkumpul bersama dalam satu momentum.
Seharusnya, momentum seperti ini bisa kita manfaatkan untuk melakukan konsolidasi umat untuk memenangkan Islam. Bukankah dulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru melakukan ekspansi setelah menunaikan ibadah haji?*