Hidayatullah.com–Sekitar 10.000 tentara Inggris dinyatakan tidak memiliki kemampuan menjalankan tugas di garis depan, yakni di medan pertempuran. Harian The Sunday Telegraph edisi Ahad (22/6) menyebutkan, fakta dari Departemen Pertahanan Inggris itu makin menunjukkan beratnya tekanan bagi Inggris. Apalagi, konflik Afganistan dan Irak yang membutuhkan pasukan tambahan.
Dephan Inggris mengakui bahwa 8.500 tentara dari 59.000 tentara yang berada di unit ”Pasukan Lapangan”—seperti resimen tank, artileri, dan infanteri—dinyatakan tidak memiliki kemampuan tugas di garis depan.
Namun, jika dilihat secara keseluruhan, dari 101.800 tentara Inggris, The Sunday Telegraph memperkirakan lebih dari 10.000 tentara yang tak mampu tugas di garis depan. Artinya, 1 dari 10 tentara Inggris tidak mampu bertempur. Ini merupakan jumlah tertinggi sejak awal perang Iraq pada tahun 2003.
Perdana Menteri Gordon Brown, Senin lalu, menyatakan akan mengirim 230 tentara tambahan ke Afganistan pada awal tahun depan untuk memperkuat 8.030 tentara yang saat ini berada di Afganistan.
Saat ini pasukan Inggris bermarkas di Afganistan selatan, yang kerap dilanda kekerasan dan merupakan wilayah kekuasaan kelompok pejuang Taliban.
Dalam dua pekan terakhir sudah sembilan tentara yang tewas dalam tugas. Anggota parlemen dari Partai Konservatif dan mantan tentara, Patrick Mercer, kepada The Sunday Telegraph mengaku, pasukan Inggris mengalami kelelahan luar biasa.
“Operasi militer yang tak kunjung henti itu menguras seluruh tenaga. Mereka juga tak diberi waktu yang cukup untuk istirahat, dari satu pertempuran ke medan yang lain. Tidak ada kesempatan memulihkan diri dari efek kelelahan, sakit, dan luka,” ujarnya.[kcm/hidayatullah.com]