Hidayatullah.com–Dr. Abdul Mun’im Al Bari, salah satu profesor tsaqofah islamiyah (pemikiran Islam) di Kuliyyah Dakwah Universitas Al-Azhar mengakui bahwa Kementerian Dalam Negeri meminta pihaknya menghadapi penyebaran Syi’ah di beberapa wilayah Mesir.
Kementerian Dalam Negeri meminta mengadakan pelatihan kepada para perwira militer mengenai paham ini dengan menyertakan para pakar Syi’ah dari Universitas Al Azhar.
Demikian pernyataan Al Bari dalam harian Al Mishri Al Yaum hari Kamis (3/7), kemarin. Namun ketika dimintai komentar tentang hal ini, Kementerian Dalam Negeri memilih no comment.
Al Bari menyebutkan, bahwa pihak kementerian meminta kepadanya untuk mempersiapkan pakar-pakar Syi’ah dari Al Azhar, setelah masuknya ribuan penganut Syi’ah ke distrik 6 Oktober, dekat Kairo.
Dikabarkan pula, mereka berupaya menyebarkan keyakinan mereka kepada masyarakat setempat. Sehingga perlu memberi pembekalan kepada para penaggung jawab kemanan, mengenai cara berinteraksi dengan mereka.
Ia menambahkan bahwa pembekalan-khushusnya untuk petugas penjara Turah- bertujuan agar para aparat memahami bahaya Syi’ah, dan pemahamannya. Sehingga diharapkan mereka bisa bergerak cepat agar kemanan negara terjaga.
Dr. Al Bari juga mengungkapkan bahwa kebanyakan para pengikut Syi’ah itu menyebar di beberapa kota, dan kebanyakan mereka berasal dari kelompok Al Imamiyah Al Jakfariyah Al Itsna Ashriyah. Menurutnya, ini merupakan firqah terbesar yang melakukan permusuhan terhadap Ahlussunnah.
Dan berkali-kali mereka telah meminta kepada Kementrian Perwakafan agar diizinkan membangun tempat peribadatan yang biasa mereka sebut dengan “Al Husainiyat“, yang juga merupakan tempat untuk menyiksa diri seperti menampar-nampar pipi dan mencambuk punggung dengan rantai. Akan tetapi Kementerian Perwakafan tidak mengabulkan permintaan itu.
Ditulis dalam harian itu, beberapa “petinggi Syi’ah“ sudah ada di beberapa distrik wilayah pesisir, temasuk kota Abu Hamad.
Ketua Front Ulama Al Azhar ini mengatakan,“Panitia Pusat Pendekatan Madzhab, yang berada di bawah Al Azhar telah memperolah uang dari Iran, guna membiayai kegiatannya, sekitar 3 ribu dolar di setiap acara. Ini menunjukkan bahwa mereka (Syi’ah) tidak memiliki itikad baik.“
Sedangkan Syeikh Mahmud Asyur, selaku Pimpinanan Umum di lembaga tersebut mengatakan bahwa semua kegiatan dibiayai sendiri oleh organisasi.
Sebagimana dikatahui, bahwa beberapa pemimpin Arab Sunni merasa khawatir dengan niatan Iran untuk memperluas pengaruhnya, khususnya setelah pemerintah Sadam di Iraq jatuh, dan Syi’ah mulai mengusai pemerintahan.
Di beberapa tahun lalu telah gagal dalam pertemuan-pertemuan yang mengupayakan pendekatan madzhab Syi’ah-Sunni.
Dan sebelumnya Husni Mubarak juga terang-terangan mengatakan bahwa loyalitas pengikut Syi’ah di Arab tidak untuk negara mereka, tapi untuk Iran.
Sejak Iraq diserang tahun 2003, banyak pengungsi Iraq yang masuk Mesir, dengan jumlah mencapai 150 ribu jiwa, sesuai dengan perhitungan Kemetrian Luar Negeri Mesir, ditambah sekitar 5 ribu, yang terdaftar sebagai pengungsi yang berada di bawah UNHCR PBB. [iol/thoriq/hidayatullah.com]