Hidayatullah.com–Seorang warga Pakistan dihukum 3 tahun penjara dan cambuk 1.200 kali, karena mencopet seorang jamaah dari Indonesia saat wanita itu melakukan thawaf di Masjidil Haram.
Menurut laporan surat kabar Al-Madinah Rabu lalu, petugas keamanan Masjidil Haram menangkap pria berusia 33 tahun yang mengambil dompet di antara kerumuman orang yang beribadah di sekitar Ka’bah, dan pria itu mencoba membuangnya ketika melihat penjaga keamanan datang mendekat.
Pencopet banyak beroperasi di tempat-tempat ramai jamaah. Terutama ketika musim haji dan umrah mencapai puncaknya.
Mereka menggunakan belati tajam untuk memotong sabuk kulit, yang biasa dipakai jamaah untuk menyimpan uang dan paspor.
Polisi telah menangkap sejumlah pencopet di kawasan Mina dan Mekah. Sebagian yang ditangkap mengatakan, mereka beroperasi dalam kelompok-kelompok di tempat yang sudah mereka kenal baik. Setelah menjalankan aksinya, mereka menyerahkan hasil curian kepada ketua gang. Selanjutnya, ketua gang akan menjual kembali barang curian kepada para jamaah.
Selain pencopet, masalah yang dihadapi oleh pihak keamanan Arab Saudi adalah pengemis, yang kebanyakan adalah jamaah asal negara-negara Arab dan Asia. Mereka bisa dijumpai di hampir setiap sudut Mina dan Mekah.
Pengemis cacat yang tidak memiliki kaki atau tangan, mudah dijumpai. Tapi, tidak sedikit orang bertubuh sempurna yang menadahkan tangannya, mereka mengaku korban bencana tsunami asal Sri Lanka dan Indonesia. Para petugas cukup kewalahan menangkapi mereka.
Muhammad Mabruk dari Mesir mengatakan, “Ini ketiga kalinya saya datang untuk berhaji. Dan setiap kali saya datang, saya melihat jumlah pengemis terus meningkat. Ini menggambarkan keburukan Muslim, terutama karena mereka mengemis sambil berhaji.”
Kebanyakan dari mereka rupanya tidak benar-benar membutuhkan uang. Mereka berusaha memanfaatkan kedermawanan orang-orang yang beribadah berhaji atau umrah.
“Saya memahami persoalan besar pemerintah Saudi dalam menangani jumlah pengemis yang sangat banyak. Pemerintah sibuk mengatur kerumunan besar orang dan berusaha menjaganya agar tetap aman. Menurut saya mereka tidak punya waktu untuk memburu para pengemis itu,” kata Mabruk.
Mazin Al-Hamoudi, seorang jamaah asal Saudi berkata, “Para pengemis ini adalah imej buruk bagi haji. Jika mereka membutuhkan uang, seharusnya mereka pergi ke lembaga-lembaga amal untuk meminta bantuan. Mereka seharusnya tidak berdiri di tengah jalan sehingga menghalangi orang, dan menunjukkan anggota tubuh mereka yang hilang hanya untuk mendapatkan uang. Sangat buruk, karena sebagian dari mereka tidak datang untuk berhaji; mereka datang untuk mengemis dan pulang kembali ke rumahnya dengan uang yang banyak.”
Dalam beroperasi, para pengemis membentuk kelompok yang saling mengawasi, kalau-kalau ada polisi. Mereka akan cepat menghilang jika terlihat ada ancaman.
“Para jamaah seharusnya tidak menolong atau menunjukkan simpati kepada mereka, khususnya mereka yang mengaku sebagai korban tsunami, karena ada kelompok besar pengemis yang mengatasnamakan tsunami,” kata Al-Hamoudi. [di/an/hidayatullah.com] foto: pengemis asal Nigeria di depan masjidil Haram. [cha/hidcom]