Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Moualem, di hadapan Sidang Umum PBB menuding Barat sengaja menciptakan kekacauan untuk memecah belah Suriah. Moulaem juga mengklaim bahwa aksi demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi berbulan-bulan di Suriah adalah investasi negara-negara Barat.
Selain itu, Moualem meyakini negara-negara Barat dengan sengaja mencari cara untuk membenturkan berbagai kelompok agama di negeri itu.
“Bagaimana kami menjelaskan provokasi media dan siapa yang mempersenjatai serta mendanai para ekstrimis agama?” kata Moualem.
“Apa yang mungkin menjadi tujuan semua ini selain kekacauan total yang akan memecah belah Suriah?” tambahnya.
Moualem menegaskan akibat ulah negara-negara Barat itu maka prorgam reformasi yang dicanangkan Presiden Bashar al-Assad harus mengalami kemunduran.
Selain tudingan itu, Moualem mengatakan sanksi ekonomi yang saat ini dijatuhkan Amerika Serikat dan Uni Eropa hanya menyakiti masyarakat biasa.
“Sanksi itu mengganggu kepentingan dan kebutuhan mendasar rakyat Suriah,” lanjut dia.
Sementara itu, aksi unjuk rasa anti pemerintah yang dibalas kekerasan oleh aparat keamanan terus berlanjut di Suriah.
Pada Minggu (25/9), tentara Suriah menembaki kota kecil Al-Rastan di Provinsi Homs dengan senjata otomatis yang biasa digunakan di atas tank.
Seorang penduduk kota seperti dikutip Reuters mengatakan setidaknya 60 buah tank dan kendaraan militer terlihat di sebelah timur kota itu.
Provinsi Homs adalah titik penting konsentrasi kelompok oposisi penentang Assad yang diperkuat anggota militer yang membelot.
Sejak aksi demonstrasi dan kekerasan merebak di Suriah beberapa bulan lalu diduga sekitar 2.700 orang tewas.
Namun, jumlah ini sulit dikonfirmasi karena pemerintah Suriah melarang jurnalis internasional untuk masuk ke negeri itu.
Wartawan BBC, Lyse Doucet, saat ini sudah berada di Damaskus namun dia mengatakan sulit sekali mengajak warga kota bicara politik terutama mereka yang masih mendukung Assad.
Doucet menambahkan Assad masih mendapat dukungan di Damaskus. Namun, di luar kota dukungan untuk presiden mulai memudar akibat aksi brutal tentara pemerintah. *