Hidayatullah.com–Kejaksaan Prancis telah membuka penyelidikan atas kematian pemimpin Palestina Yasser Arafat di Paris pada tahun 2004, untuk menentukan apakah benar ia mati akibat diracun radioaktif polonium-210.
Janda Arafat, Suha, mengajukan tuntutan hukum pada bulan lalu terhadap pembunuhan tersebut dan jaksa penuntut umum Prancis kini telah menetapkan bahwa penyelidikan dapat berlangsung di Prancis, dipimpin oleh jaksa investigasi.
Arafat meninggal di rumah sakit militer Prancis dalam usia 75. Dia dipindahkan ke sana dari markasnya di Tepi Barat, setelah kesehatannya memburuk.
Dokter Prancis mengatakan, ia meninggal karena serangan stroke besar, yang kemudian mengalami pendarahan yang dikenal sebagai koagulasi intravaskular diseminata, atau DIC. Tapi DIC memiliki banyak kemungkinan penyebab, termasuk infeksi dan penyakit hati.
Laman The Guardian, Selasa (28/08/2012) memberitakan, dugaan bahwa Arafat mungkin telah diracuni muncul segera setelah kematiannya, dan klaim itu dihidupkan oleh stasiun TV Al-Jazeera bulan lalu, menyusul penyelidikan selama sembilan bulan.
Al-Jazeera mengatakan, pihaknya diberi akses untuk mengungkapkan kematian tersebut oleh janda Arafat. Satu lembaga di Swiss mendeteksi adanya serpihan polonium-210, suatu jenis racun langka dan sangat mematikan. Racun ini juga digunakan untuk membunuh pembangkang Rusia, Alexander Litvinenko.
Namun lembaga mengatakan, temuan ini tidak meyakinkan dan tulang Arafat harus diuji untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas. Para ilmuwan memperingatkan bahwa polonium meluruh cepat dan otopsi harus dilakukan dengan cepat.
Otoritas Palestina bulan lalu memberi lampu hijau bagi jasad Arafat untuk digali di Ramallah, tapi tanggalnya belum ditetapkan.
Abdallah Basher, yang mengepalai komite medis Palestina untuk menyelidiki kematian Arafat, mengatakan, penyelidikan Paris tersebut sebagai langkah bertujuan mengungkapkan kebenaran tentang kematian Yasser Arafat.”
Dia mengatakan, para pakar dari laboratorium Swiss akan melakukan perjalanan ke Tepi Barat dalam beberapa minggu ke depan untuk mengambil sampel dari Arafat, meskipun masalah penggaliannya masih belum ditetapkan. Arafat dimakamkan di satu tempat pemakaman di kompleks pemerintah, suatu tempat ia menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya di bawah pengepungan Israel.
Meskipun pejabat Palestina telah lama menuduh Zionis Israel terlibat dalam kematian Arafat, Israel membantah tuduhan tersebut.
“Ini tidak benar-benar menjadi perhatian kami walau penyelidikan tidak diajukan terhadap Israel,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor kepada AP. “Jika ada penyelidikan, kami berharap ini akan dapat mengungkapan persoalan sesungguhnya.”
Keluhan hukum Suha Arafat tidak menyebutkan nama pihak yang mesti bertanggung jawab, suatu praktik hukum yang umum terjadi di Prancis.*