Hidayatullah.com—Berbeda dengan kabar yang beredar selama ini, dua pilot pesawat tempur yang jatuh di perairan Laut Mediterania beberapa bulan lalu ternyata selamat namun kemudian dieksekusi oleh rezim Bashar Al Assad. Demikian menurut bocoran dokumen intelijen yang didapat Al Arabiya.
Dokumen-dokumen tersebut didapat dari anggota kelompok oposisi Suriah, yang menolak menjelaskan bagaimana dokumen tersebut bisa ada di tangan mereka.
Al Arabiya (29/9/2012) mengaku telah memverifikasi ratusan dokumen itu dan memutuskan untuk mempublikasikan sebagian isinya di website miliknya.
Tanggal 22 Juni, laporan resmi Ankara menyebutkan bahwa pesawat jet tempur berawak dua F-4 Phantom miliknya telah ditembak jatuh oleh pasukan Suriah.
Klaim itu dibantah oleh Damaskus. Dalam wawancara dengan koran Turki Cumhuriyet yang dipublikasikan pada Juli lalu, Assad mengatakan bahwa dia berharap pasukannya tidak menembak jatuh jet tempur Turki, dan berdalih pihaknya ketika itu tidak tahu identitas F-4 tersebut.
Baik Turki maupun Suriah, menahan diri untuk menjelaskan secara jernih apa penyebab kematian Kapten AU Gorkhan Ertan dan Letnan AU Hasan Huseyin Aksoy.
Turki mengatakan bahwa mayat kedua pilot tersebut ditemukan di dasar Laut Mediterania. Militer tidak menjelaskan secara spesifik posisi di mana mayat-mayat itu ditemukan, namun mengatakan bahwa kedua pilot tersebut sempat menyelamatkan diri dengan cara melesat dengan kursi pelontar.
Berdasarkan dokumen-dokumen yang didapat, Al Arabiya bisa mengungkap untuk pertama kalinya cerita lain dibalik kisah kedua pilot Turki tersebut.
Dalam satu dokumen sangat rahasia yang dikirim langsung dari kantor kepresidenan Presiden Assad untuk Hassan Abdul Rahman (yang menurut sumber Al Arabiya adalah kepala Unit Operasi Khusus Suriah) dikatakan, “Dua pilot Turki ditangkap Intelijen Angkatan Udara Suriah setelah pesawat jet mereka ditembak jatuh dalam koordinasi dengan pangkalan angkatan laut Rusia di (kota Suriah) Tartus.”
Dokumen itu menyebutkan dua fakta penting, yaitu bahwa kedua pilot masih hidup saat pesawat jatuh dan Rusia terlibat dalam misi rahasia Suriah.
Dokumen yang sama memerintahkan agar kedua pilot diperlakukan seperti ketentuan tahanan perang, sebagaimana yang diperintahkan presiden.
Di dalamnya juga terdapat perintah untuk menyelidiki peran Turki dalam mendukung Free Syrian Army (FSA), kelompok bersenjata utama oposisi Suriah.
Dokumen itu menyebutkan kemungkinan untuk mengirim dua pilot Turki tersebut ke sekutu rezim Bashar Al Assad di Libanon, yaitu Hizbullah.
Dibunuh atas saran Rusia
Turki pada 7 Juli 2012 memakamkan kedua pilot termpurnya itu, di mana kondisi mayat keduanya masih dalam keadaan utuh. Baca berita sebelumnya “Turki makamkan 2 pilot tempurnya” . Dokumen yang didapat Al Arabiya menjelaskan mengapa mayat kedua pilot itu tetap utuh.
Menurut dokumen yang dikirim kantor kepresidenan Suriah untuk semua pimpinan unit intelijen luar negeri, disebutkan bahwa “Berdasarkan informasi dan arahan para pemimpin Rusia adalah perlu untuk menyingkirkan dua pilot Turki yang ditahan oleh Unit Operasi Khusus dengan cara alami, lalu mayat-mayat mereka dikembalikan ke lokasi kejadian di perairan internasional.”
Keterangan itu, selain mengungkap peran Rusia di balik kematian pilot Turki, juga membuktikan kebohongan rezim Assad yang selama ini mengatakan bahwa pesawat F-4 Turki yang ditembak jatuh tersebut ditembak di wilayah Suriah.
Pemerintah Ankara selalu menegaskan bahwa kedua pilot F-4 Phantom itu tidak melanggar batas wilayah laut dan memasuki Suriah.
Dalam dokumen itu juga menyebutkan bahwa pemerintah Suriah mengirimkan “pesan ancaman” kepada pemerintah Turki, yang isinya mengatakan bahwa Suriah punya kemampuan untuk menyulut api pemberontakan separatis Kurdi (PKK) di wilayah perbatasan Turki, sehingga Ankara akan menghadapi masalah tambahan. Di mana hal itu akan dilakukan Suriah jika Turki mencoba membuat gerakan yang membahayakan Suriah.
Di dalamnya juga disarankan agar pemerintah Damaskus membuat pernyataan maaf resmi kepada pemerintah Turki, karena menembak jatuh pesawat tersebut, yang mana permintaan maaf itu akan membuat malu Ankara dan mendulang simpati bagi Damaskus di mata opini publik internasional. Dan akhirnya, setelah berkelit lidah, memang Presiden Bashar Al Assad mengutarakan permintaan maaf.*