Hidayatullah.com– Pemimpin Tertinggi Milter Mesir, Jenderal Abdul Fatah as-Sisi membuktikan ancamannya. Jumat malam (26/7/2013) waktu setempat, militer Mesir menyerang aksi damai jutaan pendukung presiden terkudeta, Mohammad Mursy, di alun-alun Rabi’ah al-Adawiyah, Kairo, menewaskan 55 orang dan 1000 orang lebih luka-luka.
“Jumlah korban tewas terus bertambah dari jam ke jam,” demikian laporan NGO internasional asal Turki, Insani Hak ve Hurriyetlere Insani Yardim Vakfi (IHH) yang diterima hidayatullah.com, Sabtu (27/7/2013)
Awal pekan ini, Jenderal al-Sisi mengajak para pendukungnya untuk melakukan demo besar-besaran untuk mendukung rencananya menghabisi para “teroris”. Sebuah ungkapan yang ditujukannya kepada para pendukung presiden yg dikudetanya awal bulan ini (3/7/2013).
IHH sudah melakukan pemantauan langsung di Mesir sejak pekan kedua pasca kudeta dan mengajak dunia internasional untuk memantau bersama krisis Mesir yang diwarnai bentrokan berdarah ini.
Selain di Kairo, 11 orang penduduk sipil juga tewas di Kota Aleksandria, utara Mesir. Sekelompok pendukung Muhammad Mursi, di antaranya wanita dan anak-anak, berlindung dari kepungan militer di dalam Masjid Qaid Ibrahim.
IHH khawatir akan ada pembantaian yang lebih besar terhadap para pendukung Mursi, khususnya yang bermukim di Rabi’ah al-Adawiyah yang kebanyakan warga sipil termasuk anak-anak, para orang tua, dan kalangan cacat.
“Semua nilai dan norma universal dan HAM telah dilanggar oleh Jendral al-Sisi dan rezim militernya di hadapan masyarakat dunia,” demikian pernyataan IHH yang ditandatangani presidennya, Fahmi Bulent Yildirim itu.
IHH mendesak seluruh lembaga dunia untuk menghentikan pembataian di Mesir dan meminta militer Mesir agar menhentikan oprerasinya di alun-alun Rabi’ah al-Adawiyah.
IHH sendiri telah berusaha mengunjugi para pentinggi Ikhwanul Muslimin yang ditahan sejak kudeta. Namun usaha mereka menbentur tembok karena ditolak pihak Kejaksaan Agung Mesir.*