Hidayatullah.com—Kekhawatiran tentang merembetnya konflik berdarah Suriah ke negara tetangga semakin terbukti. Sedikitnya enam orang tewas di kota Tripoli di bagian utara Libanon, kata sumber-sumber medis dan keamanan.
Korban bentrokan hari Sabtu (30/11/2013) itu berasal dari kampung Muslim (Sunni) di distrik Bab al-Tabbaneh, yang warganya kebanyakan mendukung perjuangan kelompok oposisi Suriah melawan rezim Bashar al-Assad.
Korban tewas termasuk seorang pelajar remaja putra dan seorang pria berusia 30-an tahun, lapor Reuters dikutip Aljazeera.
Tiga puluh orang, termasuk lima orang tentara, terluka saat terjadi baku tembak di distrik Bab al-Tabbaneh yang bersebelahan dengan distrik Jabal Muhsin, yang merupakan kampung warga Syiah pendukung rezim Syiah Alawi Suriah pimpinan Bashar al-Assad.
Penduduk Bab al-Tabbaneh mengatakan, tembakan dan dentuman roket masih terdengar hingga sekitar pukul 2.30 siang waktu setempat, atau empat jam setelah bentrokan dimulai.
Perdana Menteri Najib Mikati, seorang Muslim asal Tripoli, melakukan rapat dengan para menteri dan para pejabat keamanan di kota tepian Laut Mediterania itu guna mencari solusi konflik yang menular dari Suriah. Tripoli hanya berjarak sekitar 30km dari perbatasan dengan Suriah.
Aksi saling serang antar kelompok warga itu sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Bulan Agustus 42 orang tewas dan ratusan warga Muslim terluka di masjid-masjid di kota Tripoli, hanya sepekan setelah terjadi ledakan bom di kawasan Syiah di Beirut, ibukota Libanon yang menyebabkan 27 orang tewas.
Organisasi teroris Syiah asal Libanon, Hizbullah, ikut ambil bagian dalam perang di Suriah membantu rezim Bashar al-Assad melawan pasukan oposisi. Pimpinannya, Hassan Nasrallah, mengatakan bahwa Hizbullah tetap akan berada di Suriah membela Assad selama diperlukan.*