Hidayatullah.com—Utusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan teman sekutunya Presiden Bashar Al-Assad perihal sumpahnya yang akan merebut kembali seluruh wilayah Suriah, dengan mengatakan Assad akan menghadapi konsekuensi serius jika tidak mengikuti Moskow dalam proses perdamaian.
“Rusia sudah berinvestasi sangat banyak dalam krisis ini, secara politik, diplomatik dan sekarang militer,” kata Vitaly Churkin kepada koran Kommersant seperti dilansir AFP Jumat (18/2/2016). Churkin merujuk kesepakatan gencatan senjata internasional di Munich pekan lalu.
“Oleh karena itu kami ingin Assad memberikan tanggapan yang sesuai,” imbuh Churkin, seraya menambahkan bahwa sikap pemimpin Suriah itu saat ini tidak sejalan dengan upaya diplomatik yang diusahakan Rusia.
Dalam pertemuan di Munich, Jerman, 17 negara yang terlibat dalam krisis Suriah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, menghentikan blokade yang menyebabkan penduduk suatu daerah kelaparan, serta kembali ke meja perundingan.
Jika Suriah “mengikuti kepemimpinan Rusia dalam penyelesaian krisis ini, mereka akan memiliki kesempatan untuk keluar dari masalah itu dengan cara terhormat,” kata Churkin.
Pejabat diplomatik Rusia itu juga memperingatkan Assad agar tidak mengeluarkan komentar sembarangan yang memiliki dampak politik.
September 2015, Rusia menyusul Iran dan kelompok teroris Syiah asal Libanon, Hizbullah, memberikan bantuan militer kepada rezim Assad. Jet-jet tempur Rusia dikerahkan untuk menggempur kelompok-kelompok bersenjata di Suriah yang disebut Moskow sebagai “teroris”, meskipun fakta di lapangan serangan pasukan Rusia tidak jarang menarget rakyat dan fasilitas sipil.*