Hidayatullah.com–Lebih dari 3.000 Yahudi Eropa, termasuk para intelektual terkemuka, menandatangani petisi yang menentang kebijakan pembangunan pemukiman Yahudi oleh Israel dan memperingatkan bahwa memberi dukungan sistematis kepada pemerintah Israel adalah berbahaya.
Di antara penandatangan petisi adalah filsuf Prancis Bernard-Henri Levy dan Alain Finkielkraut, serta Daniel Cohn-Bendit, seorang pemimpin kelompok Hijau di Parlemen Eropa.
“Kami bicara sebagai teman Israel dan kami berkata bahwa: Anda melakukan kesalahan. Anda yang harus memutuskan bagaimana bersikap, bukan kami,” kata David Chemla, ketua kelompok penandatangan yang dikenal dengan JCall, kepada surat kabar Israel Haaretz, Senin lalu.
“Tapi sebagai teman, sebagai Yahudi, kami ingin mengatakan bahwa Anda menempuh jalan yang salah,” tegas Chemla, yang pindah ke Prancis setelah menetap di Israel selama 10 tahun dan berdinas di IDF.
Kelompok JCall berharap bisa membentuk sebuah gerakan di Eropa yang “memegang komitmen kepada negara Israel, sekaligus kritis terhadap keputusan-keputusan pemerintahnya.”
Yossi Sarid, yang pernah menjabat menteri Israel, dalam tulisannya di Haaretz edisi Ahad lalu memuji gerakan tersebut. Ia menyebut mereka adalah orang-orang yang selalu menggunakan setiap kesempatan untuk membela Israel secara terbuka, sekaligus tetap setia terhadap negara Israel.
Kementerian Luar Negeri Israel menolak untuk mengomentari petisi tersebut, dengan alasan inisiatif itu tidak disponsori pemerintah.
Meskipun para penandatangan banyak yang berasal dari Prancis, komunitas Yahudi Prancis berdebat seru atas petisi yang diberi judul “Call For Reason” itu.
Presiden asosiasi Yahudi terkemuka di sana, CRIF, menolak untuk menandatanganinya. Ia mengatakan, keberatan dengan sebagian bahasa dan intonasi yang digunakan.
“Apakah Israel memerlukan Yahudi diaspora untuk mengetahui apa keputusan ‘yang tepat’, apa yang seharusnya menjadi batasan dari sebuah negara yang dilindungi oleh putra dan putri mereka?” tulis Richard Prasquier di surat kabar Le Figaro.
Dalam situs webnya JCall mengatakan bahwa negara Israel menghadapi bahaya, dengan menduduki dan terus membangun pemukiman di wilayah Tepi Barat dan distrik-distrik Arab di Yerusalem Timur.
“Secara moral dan politis, kebijakan ini salah dan menyebabkan Israel menghadapi proses delegitimasi di luar negeri,” tulis mereka.
JCall mengatakan, mereka memiliki dasar pemikiran yang sama dengan JStreet, kelompok Yahudi di Amerika Serikat, pendukung negara Israel yang juga menunjukkan sikap kritisnya.
Yael Khan, seorang Yahudi Israel, mengatakan kepada Al-Jazeera, bahwa sebagai seseorang yang menentang pelanggaran HAM rakyat Palestina oleh Israel, ia senang mendengar JCall berani mengkritik kebijakan Israel secara terbuka.
“Namun demikian, menurut saya ‘Call For Reason’ sama sekali tidak tepat, karena (petisi) itu tidak menyebutkan fakta bahwa pemukiman-pemukiman ini adalah ilegal,” tegas Kahn, Ketua Islington Friends of Yibna yang bermarkas di Inggris.
Sepertinya apa yang dilakukan orang-orang Yahudi itu, sekedar upaya menaikkan citra Yahudi dan Israel, yang beberapa waktu belakangan mendapat tekanan dan kecaman dari dunia internasional. Sebagaimana ditulis Yossi Sarid yang merupakan mantan anggota Knesset, JCall adalah sekumpulan orang yang meraih setiap peluang untuk membela Israel secara terbuka dan tetap setia terhadap negara itu.
“Bahkan selama Operation Cast Lead dan setelah Goldstone Report, mereka tetap berada di sisi Israel. Negara Israel ketika masa-masa baik adalah apel di mata mereka, dan khususnya di masa buruk,” tulis Yossi Sarid.
Ada Yahudi yang benar-benar peduli terhadap Palestina? Mustahil. [di/hryt/hidayatullah.com]