Hidayatullah.com—Seorang anggota parlemen Inggris pro-Uni Eropa diserang di jalan secara tiba-tiba di siang bolong pada hari Kamis (16/6/2016), sehingga kampanye dalam rangka referendum penentuan keanggotaan Inggris di UE dihentikan sepekan menjelang hari penting itu.
Jo Cox, 41, ibu dua orang anak politisi asal Partai Buruh, ditembak di bagian wajah dan tergeletak di jalan desa Birstall, West Yorkshire.
Seorang saksi bernama Clarke Rothwell mengatakan kepada BBC bahwa dia melihat seorang pria memegang senjata api dan berteriak “put Britain first” (dahulukan Inggris) berulang kali sebelum melancarkan serangan.
Akibat kejadian itu, baik kubu pendukung Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa (Remain) maupun kubu yang ingin Inggris keluar dari Uni Eropa (Leave/Brexit) menghentikan kampanye mereka.
Jo Cox adalah anggota parlemen pertama yang dibunuh sejak 1990, ketika Ian Gow tewas di tangan kelompok teroris pemberontak Irlandia Utara.
Pelaku ditangkap di Market Street, tidak jauh dari Birstall Library di mana Cox menemui konstituennya. Pria itu dikenal penduduk setempat sebagai Tommy Mair.
Saksi Clarke Rothwell mengatakan dia mendengar suara “letupan kencang” seperti balon meletus.
“Ketika saya melihat sekeliling ada seorang pria berdiri di sana, berusia sekitar 50-an tahun, mengenakan topi baseball dan jaket, serta senjata api, kelihatannya senjata api model lawas ada di tangannya,” cerita Rothwell.
“Dia menembak ibu itu sekali lalu dia menembaknya lagi. Dia (pelaku) jatuh ke tanah, memiringkan badannya lalu menembak wanita itu sekali lagi di bagian wajah.”
“Seseorang berusaha meringkusnya, bergulat dengannya dan kemudian dia (pelaku) mengeluarkan sebilah pisau, seperti pisau berburu, lalu menikam wanita itu dengan pisau berulang-ulang. Orang-orang berteriak-teriak dan berhamburan lari meninggalkan tempat itu,” kata Rothwell.
Seorang saksi lain bernama Hithem Ben Abdallah, 56, sedang berada di kafe sebelah perpustakaan pada pukul 13:00 lebih sedikit, ketika dia mendengar suara teriakan lalu pergi ke luar untuk melihat.
“Ada seorang pria yang kelihatan sangat berani dan seorang laki-laki lain mengenakan topi baseball putih yang berusaha untuk ditaklukkannya. Lalu laki-laki yang bertopi itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata api dari dalam tasnya.”
Setelah terjadi pergulatan beberapa saat, kata saksi, pria itu mundur. Kemudian terlibatlah wanita anggota parlemen tersebut.
Abdallah mengatakan senjata api itu “kelihatannya seperti buatan tangan” dan seorang pria yang bergulat dengan pria bersenjata itu terus bertarung dengannya meskipun dia melihat senjata itu.
“Pria yang bersenjata itu melangkah mundur lalu melancarkan tembakan, kemudian dia melancarkan tembakan kedua. Saat menembak dia melihat ke bawah (tanah). Dia menendang wanita itu yang terbaring di tanah,” kata Abdallah.
Jo Cox dilahirkan di Batley. Dia terpilih menjadi anggota parlemen pertama kali tahun 2015. Wanita bersuamikan Brendan Cox itu lulusan Heckmondwike Grammar School. Dia lulus dari Universitas Cambridge pada tahun 1995, lalu bekerja di Oxfam sebagai kepala kebijakan.
Jo Cox termasuk politisi yang mendukung agar Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa. Teriakan pelaku “put Britain first” yang ditujukan kepadanya merujuk pada referendum 26 Juni mendatang, sepertinya dia bersikap berseberangan dengan Jo Cox. Perang urat syaraf antara kubu Leave dan Remain semakin panas menjelang referendum penentuan nasib keanggotaan Inggris di UE.*