Hidayatullah.com—Anggota-anggota legislatif Amerika Serikat mengambil langkah untuk melarang perusahaan milik negara (BUMN) China membeli perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Dalam laporan tahunan ke Kongres AS, US-China Economic and Security Review Commission mengatakan Partai Komunis China telah menggunakan BUMN negeri Tiongkok sebagai alat ekonomi guna bergerak maju dan mencapai tujuan-tujuan keamanan nasionalnya.
Laporan itu merekomendasi Kongres agar melarang kepemilikan perusahaan Amerika oleh BUMN China dengan cara mengubah wewenang yang diberikan kepada Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS), lembaga pemerintah AS yang bertugas mengkaji proposal akuisisi oleh perusahaan asing.
CFIUS –yang dipimpin oleh Depkeu dan memiliki perwakilan dari 8 lembaga lain termasuk Pentagon, Departemen Luar Negeri dan Departeman Keamanan Dalam Negeri– saat ini memiliki hak veto untuk menggagalkan akuisisi oleh perusahaan asing atas perusahaan Amerika jika dianggap membahayakan keamanan negara.
Laporan dan rekomendasi itu sifatnya saran dan tidak wajib diikuti pemerintah. Namun, jika melihat gelagat dari presiden terpilih Donald Trump, sepertinya saran itu kemungkinan akan ditindaklanjuti oleh pemerintahan AS yang baru.
Semasa kampanye, Trump secara terbuka mengkritik keras China. Dia mengatakan bahwa nanti di hari pertama menjabat sebagai presiden dia akan menghajar produk-produk impor buatan China dengan tarif tinggi hingga 45 persen dan mencap negara Tiongkok sebagai manipulator mata uang.
“Perusahaan-perusahaan BUMN China adalah senjata negara China,” kata Dennis Shea, ketua US-China Economic and Security Review Commission dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters Rabu (16/11/2016).
“Kita tidak ingin pemerintah AS membeli perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika Serikat, [lantas] mengapa kita ingin pemerintah negara komunis China memebeli perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat?” kata Shea.
Tahun 2016, pemerintah dan kalangan bisnis Amerika Serikat mencatat rekor $64, 5 miliar transaksi bisnis yang melibatkan pembeli-pembeli dari daratan China. Menurut data Thomson Reuters, angka itu melebihi negara-negara lain yang menjadi target pembeli dari China.
Negara lain yang dikenal sangat sukses menjadikan BUMN-nya sebagai alat penambah kekayaan dan penguat keamanan nasional dengan cara kepemilikan perusahaan di negeri asing adalah negara mungil Singapura.*