Hidayatullah.com–Sebuah investigasi tentang pelecehan seksual kelembagaan di Australia memberitakan bahwa 7% dari Pendeta Nasional Katolik negara tersebut diduga telah melakukan penganiaaya anak pada tahun 1950 hingga 2010.
Dalam satu masa, lebih dari 40% tokoh gereja didakwa melakukan penganiaayaan.
Berdasarkan laporan The Royal Commission into Institutional Responses to Child Sex Abuse {Komisi Penanganan Kelembagaan untuk Pelecehan Seksual Terhadap Anak-anak Australia} sekitar 4500 orang mengaku telah menjadi korban penganiaayaan antara tahun 1980 hingga 2015.
The Royal Commission, sebagai lembaga penyelidikan tertinggi di Australia, juga sedang menginvestigasi kasus penganiayaan pada organisasi-organisasi non agama.
Survey: 10 Ribu Anak AS Alami Pelecehan Seks Pemimpin Gereja
Dilaporkan sebelumnya bahwa lembaga ini mengumpulkan testimoni dari sejumlah orag yang menderita penganiayaan di tangan pendeta. Tapi isu ini belum jelas hingga The Commission merilis data statistik yang telah dikumpulkannya, pada hari Senin ini.
Cerita kesedihan para korban ini serupa, ujar Gail Furness, Pengacara The Commision di Sydney.
“Anak-anak dibiarkan luntang lantung atau lebih buruknya, dihukum. Peristiwa ini tidak diselidiki. Namun pendeta dan tokoh agama nya dipindahkan. Komunitas tempat mereka dipindahkan, tidak tahu apa-apa tentang masa lalu mereka,” lanjutnya dikutip BBC, Senin (06/02/2017).
Lebih 400 Anak Alami Pelecehan Seksual di Intitusi Katolik Australia
Sebuah data statistik yang memberatkan antara tahun 1980 hingga 2015, dimana sekitar 4.444 anak-anak telah dianiaya dan mendapat pelecehan seksual di lebih dari 1000 institusi Katolik di Australia, ujar Gail Furness, Pengacara The Commision di Sydney sebagaimana dikutip BBC hari Senin.
Menurut catatan The Royal Commission, usia rata-rata korban penganiayaan ini sekitar 10,5 tahun (pada anak perempuan) dan 11,5 tahun (pada anak laki-laki). Dan setiap kasusnya membutuhkan rentang waktu selama 33 tahun untuk dilaporkan.
The Royal Comission juga menjelaskan jumlah klaim penganiayaan terhadap 10 orde keagamaan dalam enam dekade setelah tahun 1950.
Sebelumnya lembaga ini mengumpulkan testimoni dari sejumlah orag yang menderita penganiayaan di tangan pendeta.
Data tersebut menunjukkan empat orde tertuduh melakukan penganiaayan kepada lebih dari 20% pengikutnya.
Sementara itu, Francis Sullivan, Ketua Pelaksana dari Truth Justice and Healing Council, yang juga koordinator Gereja Katolik memberikan responnya terhadap hasil investigasi ini, mengatakan bahwa data ini mencerminkan kegagalan Gereja dalam melindungi anak-anak.
“Angka-angka ini mengejutkan, tragis, dan tidak dapat dimaafkan” Ujar Sullivan kepada The Commission sambil menangis. “Sebagai Katolik, kami menudukkan kepala kami. Malu,” ujarnya dikutip BBC.*/Khawlah bint al-Azwar