Hidayatullah.com—Seorang pria berkewarganegaraan Inggris, tersangka anggota kelompok ISIS aliash Daesh yang memenggal kepala tawanannya, telah dinyatakan bersalah dalam dakwaan terorisme di Turki, lapor BBC Selasa (9/5/2017).
Aine Davis, 33, warga London, ditangkap dekat Istanbul pada tahun 2015.
Dia divonis bersalah menjadi anggota senior sebuah kelompok teroris dan dihukum penjara tujuh setengah tahun.
Menurut laporan BBC, Davis diketahui sebagai salah satu anggota sel ISIS yang dijuluki “The Beatles”. Kelompok kecil itu terdiri dari 4 orang, termasuk tukang jagal ISIS (ISIL) yang dikenal di media dengan sebutan Jihadi John.
Davis, satu-satunya dari kelompok itu yang menghadapi dakwaan, membantah semua tuduhan.
Seorang bekas tawanan ISIS menyambut baik keputusan hakim pengadilan di Silivri, Turki, itu.
Jurnalis Spanyol Javier Espinosa, yang pernah muncul dalam gambar eksekusi pura-pura oleh ISIS, mengatakan kepada BBC bahwa tidak masalah di mana Davis diadili.
“Dia harus diadili tak peduli di mana tempatnya. Tidak masalah apakah itu di Inggris atau Turki atau tempat lain. Dia harus dipenjara selamanya.”
Davis adalah seorang mualaf. Dia memiliki catatan kriminal panjang di Inggris terkait narkoba dan kepemilikian senjata api.
Istrinya, Amal El-Wahabi, dijebloskan ke bui November 2014 setelah divonis bersalah mendanai kelompok teroris oleh pengadilan di London.
Davis ditangkap pada November 2015 dalam operasi kontraterorisme di sebuah rumah di Silivri, kota kecil di pesisir pantai dekat Istanbul.
Dalam persidangan dipaparkan bagaimana dia dilacak oleh aparat Kepolisian Turki dan intelijen beberapa hari setelah diselundupkan keluar Suriah oleh Daesh.
Hasil pemantuan atas pesan singkat terenskripsi yang dikirimnya menunjukkan bahwa Davis melakukan pertemuan dengan seorang pria –yang tidak disebutkan namanya– yang dicurigai merencakan serangan teror di Turki.
Ketika polisi menyerbu rumah di Silivri mereka menemukan sekelompok laki-laki, termasuk tiga warga Inggris lain yang juga menjadi tersangka anggota ISIS. Mereka semuanya membantah tuduhan.
Pengadilan kasus itu sejauh ini membebaskan dua pria, yaitu Mohammed Karwami (40) asal London dan Jermaine Burke (29) asal High Wycombe. Keduanya akan segera dideportasi ke Inggris.
Dua pria lain dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut oleh pengadilan. Sementara orang ketiga asal London bagian timur, Denis Solak (33), dinyatakan tidak bersalah.
Beberapa hari setelah pendukung ISIS melakukan serangan di kota Paris yang menewaskan 130 orang, laporan media di Turki menyebutkan bahwa Davis diduga merencanakan serangan beruntutn. Namun, tuduhan itu tidak didakwakan kepadanya dalam persidangan.
Di persidangan, pihak jaksa menyebut Davis sebagai seorang anggota senior ISIS.
Saat ditanya apakah dia teman dari Mohammed Emwazi alias Jihadi John, Davis mengaku mengenal pria itu saat shalat di masjid yang sama di London bagian Barat, tetapi membantah sebagai temannya.
Kepada hakim Davis juga membantah kabar di media yang menyebutnya sebagai salah satu anggota sel ISIS yang dikenal dengan sebutan “The Beatles”.
Davis membantah mengetuai kelompok itu, seraya menambahkan, “saya bukan ISIS. Saya pergi ke Suriah karena ada penindasan di negeri saya.”
Berbicara dalam bahasa Inggris sebelum pembacaan vonis, dia berkata, “Saya ingin mengatakan dengan sejelasnya bahwa saya tidak bersalah atas tuduhan-tuduhan ini …”
“Saya bahkan tidak mengerti mengapa kasus ini membutuhkan waktu begitu lama untuk disidangkan. Saya hanya menginginkan pembebasan saya.”
BBC mengklaim mengetahui bahwa Davis adalah salah satu dari empat anggota “The Beatles” ISIS. Anggotanya yang paling populer, Emwazi (Jihadi John) terbunuh dalam serangan udara Amerika Serikat beberapa hari setelah Davis ditangkap.
Departemen Luar Negeri AS belum lama ini menyebutkan dua nama teman mereka, yaitu Alexanda Kotey (33) yang merupakan warga London bagian barat, dan El Shafee Elsheikh yang juga warganegara Inggris. Mereka disebut Amerika Serikat sebagai anggota “sel eksekusi” yang memenggal kepala 27 tawanan ISIS dan menyiksa banyak lainnya.
Mereka diyakini masih berada di wilayah Suriah yang diduduki ISIS.*