Hidayatullah.com–Pemerintah Inggris mendesak Rusia untuk menghentikan dukungannya terhadap serangan gas beracun (gas sarin) yang diluncurkan oleh Rezim Bashar al-Assad.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan demikian semalam, menjelang pertemuan Kelompok Tujuh (G7) antara Menteri Luar Negeri di Italia dalam upaya mencari penjelasan sehubungan konflik Suriah.
“Sudah tiba waktunya untuk Vladimir Putin (Presiden Rusia) berhadapan dengan kebenaran berhubung kezaliman rezim Assad. Kita harus menjelaskan kepada Putin bahwa dukungan kepada Assad telah berakhir.
Baca: Turki: Ada Gas Sarin dalam Sampel Darah Korban Serangan Khan Sheikhoun
“Dia harus mengerti tindakan Assad saat ini dzalim dengan melancarkan serangan kimia. Dia meracuni mereka yang tidak bersalah di Suriah dengan senjata yang dilarang 100 tahun yang lalu, “katanya dikutip Reuters.
Menindaklanjuti seruan itu, Johnson sebelumnya telah membatalkan kunjungan kerjanya ke Moskow sebagai dan membantah tindakan Rusia berkomplot dengan rezim Assad. Seharusnya Boris Johnson tiba di Moskow pada 10 April kemarin.
Sementara itu, Damaskus dan Moskow membantah bahwa mereka di balik serangan gas. Namun negara-negara barat menolak penjelasan mereka.
Minggu lalu, setidaknya lebih dari 100 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan udara gas kimia diluncurkan di daerah Khan Sheikhoun.
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
Inggris menyebut Rusia bertanggung jawab dengan kematian warga sipil di Suriah akibat serangan senjata kimia. Namun Inggris melalui Menteri Pertahanannya, Michael Fallon, Inggris mendorong Rusia membongkar senjata kimia Presiden Suriah Bashar al Assad.
“Rusia bertanggung jawab atas setiap kematian warga sipil pekan lalu,” kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon seperti ditulis koran Sunday Times dan dikutip dari Reuters, Ahad (09/04/2017).
“Jika Rusia ingin terbebas dari tanggung jawab serangan itu di masa depan, (Presiden) Vladimir Putin perlu membongkar senjata kimia (Presiden) Assad,” lanjut dia.*