Hidayatullah.com–Pernyataan keras Adam ini disampaikan melalui Human Rights News, edisi 8 Maret 2004.
Menurut, Adam, negeri Paman Sam itu selama ini dijadikan panutan dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi HAM akhirnya membuatnya kecewa ketika akhirnya ia tertumbuk pada kesimpulan AS telah melakukan banyak pelanggaran HAM, terutama di Afganistan.
“AS telah memberikan satu contoh yang sangat mengerikan dalam menangani tahanan di Afganistan…. Mereka menahan rakyat sipil di suatu tempat tanpa pengadilan, tanpa pengacara, tanpa izin kunjungan bagi sanak saudara, dan tanpa perlindungan hukum, “ujarnya.
Selama operasi militer di Afganistan, AS tercatat telah menangkap rakyat sipil dengan sewenang-wenang. AS pun menggunakan kekuatan armadanya dalam menangkap personel nonpasukan tempur. Lebih dari itu, AS dinyatakan tidak menangani para tawanannya dengan baik. AS berlaku brutal, tidak sesuai dengan standar internasional.
Seluruh pelanggaran hak asasi manusia oleh AS itu disimpulkan dalam satu laporan khusus setebal 59 halaman. Menurut Adams, laporan terkait didasarkan pada penelitian di Afganistan tenggara dan timur selama tahun 2003 hingga awal 2004.
Laporan itu dengan gamblang menyebutkan, AS telah menerapkan sistem penangkapan dan penahanan secara terorganisasi di Afganistan. Namun, hal tersebut dengan jelas mengabaikan standar atau hukum penangkapan yang berlaku.
Sikap brutal AS dipicu oleh tragedi 11 September 2001 yang menewaskan sekitar 3.000 warga AS. Sejak itu, AS melancarkan perang untuk menggulingkan rezim Taliban pada tahun 2001 dan menggulingkan Presiden Irak Saddam Hussein pada tahun 2003.
Sejak itu, ribuan warga ditawan AS, baik di Afganistan, Irak, maupun Teluk Guantanamo, Kuba. AS dengan kekuatan 9.000 tentara tetap memelihara fasilitas penahanan di beberapa basis militer di Afganistan, seperti Bagram, Kandahar, Jalalabad, dan Asadabad.
Dalam salah satu bab, laporan itu mengungkapkan dengan tegas cara AS menangani para tawanan tersebut. Di pangkalan militer Bagram, AS telah memperlakukan tawanan dengan sangat brutal.
Dua orang yang ditangkap Maret 2002 dilaporkan telah ditawan di satu sel sempit dan gelap selama beberapa minggu, berdesak-desakan dengan kelompok lain.
Diceritakan pula tentara AS akan langsung menghukum jika tahanan itu melanggar peraturan sepele saja, misalnya berbicara dengan tawanan lain atau berteriak memanggil penjaga.
Jika itu terjadi, tentara AS akan langsung menyeret tahanan terkait untuk berjalan dengan tangan terikat di atas kepala. Mereka kemudian ditendang dan “digantung” di atas pintu hingga tidak mungkin menurunkan tangannya. Selain itu, tahanan diperintahkan berdiri dengan tangan tegak ke atas selama dua jam.
Dua tawanan dari Bagram itu lalu dikirim ke Teluk Guantanamo meski kemudian dibebaskan.
Kisah memilukan justru terjadi di Kandahar. “Selama perjalanan menuju Kandahar, mata kami ditutup. Kami terus ditendangi dan dipukuli tanpa ampun,” kata seorang bekas tahanan yang juga pernah dibuang ke Teluk Guantanamo dan dibebaskan bulan Juli 2003.
“Kami terus dalam posisi meringkuk dengan tangan terikat di belakang. Jika kami bergerak sedikit saja, para tentara bersenjata langsung memukul. Tendangan dengan menggunakan sepatu bot mereka hampir tidak pernah lepas dari tubuh kami,” ujar bekas tahanan itu lagi.
“Ketika tiba di Kandahar, seseorang menarik lengan saya dan melempar saya dari tangga. Saya tersungkur di lantai, tetapi dengan muka harus tetap menengadah,” kata bekas tahanan yang tak disebutkan identitasnya menambahkan.
Demi keamanan, laporan HAM itu menyebutkan hanya bisa mewawancarai para bekas tahanan yang dipandang tidak akan mengganggu sistem keamanan AS. Dengan alasan itu, banyak bekas tahanan yang diwawancarai tanpa disertakan identitasnya.
Setelah tiba di Kandahar, lanjutnya, tak seorang pun diizinkan bersuara. Mereka juga tidak boleh tidur. “Misalnya, jika kami tertidur, kami akan segera dibangunkan. Atau, jika kami menutup muka kami dengan seprai butut di tempat tidur, kami pun akan dipukuli tanpa henti,” ujar bekas tahanan itu lagi.
Tahanan lain dari Pakistan menambahkan, banyak pula tahanan yang tidak hanya merasakan pukulan dan tendangan sadis dan tanpa ampun, tetapi juga dimasukkan dalam kamar pendingin. (afp)