Hidayatullah.com—Bekas presiden Nigeria Goodluck Jonathan mengatakan bahwa pencalonannya sebagai presiden untuk periode kedua pada tahun 2015 dikacaukan oleh presiden Amerika Serikat kala itu, Barack Obama.
Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan BBC Chris Ewokor yang dipublikasikan hari Jumat (30/11/2018), Jonathan mengaku merasa aneh dengan sejumlah tindakan yang dilakukan pejabat-pejabat Amerika Serikat dan Obama berkaitan dengan negaranya menjelang pemilihan presiden 2015, di mana dia kahirnya kalah suara dari pensiunan jenderal, Muhammadu Buhari.
Menurut Jonathan adalah tindakan tidak biasa dalam hubungan diplomatik pemerintah AS mengirim menteri luar negerinya kala itu, John Kerry, ke Nigeria di malam menjelang pilpres Mei 2015, padahal sebelumnya Obama sudah menyuarakan desakannya agar rakyat Nigeria berperan aktif dalam pemilu guna memilih presiden yang baru.
Tidak hanya itu, Jonathan menuding kasus penculikan ratusan pelajar putri Chibok dipolitisasi oleh Obama guna mempengaruhi pemilik suara menjelang pemilu Mei 2015. Dalam hitungan hari kasus penculikan pelajar Chibok langsung mendapat tanggapan dari Gedung Putih di mana istri Obama, Michele, berpose sambil membawa tulisan menuntut agar gadis-gadis itu segera diselamatkan. Hal itu, menurut Jonathan, seakan mengesankan dirinya adalah presiden yang lemah sehingga tidak layak dipilih kembali.
Bekas presiden Nigeria itu mengatakan bahwa sementara dirinya tidak bisa dipersalahkan atas terjadinya penculikan 278 pelajar putri di Chibok, dia mengaku ikut bersalah dalam kegagalan aparat keamanan yang tidak berhasil menyelamatkan ratusan anak perempuan itu.
Lebih dari 100 anak-anak gadis yang diculik tersebut hingga kini masih dinyatakan hilang.*