Hidayatullah.com— Setelah beberapa tahun tertunda, hari Kamis, penjajah ‘Israel’ meresmikan jalan raya baru di Tepi Barat memisahkan lalu lintas ‘Israel’ dan Palestina.
Rute 4370 di wilayah Yerusalem dibuka dengan menghubungkan Pemukiman Geva Binyamin ke Rute 1, Jalan Raya Yerusalem-Tel Aviv, antara French Hill dan Terowongan Naomi Shemer, yang mengarah ke Gunung Scopus.
Jalan raya, dengan panjang sekitar 2 mil yang memisahkan pengemudi Palestina di satu sisi dan pemukim Yahudi di sisi lain dengan pagar setinggi 26 kaki, menurut sebuah laporan.
Jalan yang dijuluki para analis sebagai “Apartheid Road” (Jalan Apartheid) dibagi di tengah oleh tembok setinggi delapan meter.
Rute 4370, hanya terbuka untuk kendaraan ‘Israel’ saja, sementara separuh lainnya hanya akan terbuka untuk lalu lintas Palestina. Yang artinya, sistem jalan terpisah ini menguntungkan pemukim Yahudi.
Baca: Penjajah Israel Setujui ‘Yahudisasi” Nama Jalan-jalan dan Perkampungan di Al Quds
Sebagian besar penggunanya diharapkan menjadi pemukim yang tinggal di utara kota, yang datang ke kota setiap hari untuk bekerja dan belajar. Dalam beberapa tahun terakhir, kemacetan meningkat pesat di pos pemeriksaan Hizma, yang dilalui para pemukim.
Jalan yang terletak di luar yurisdiksi Yerusalem, akan dibuka mulai jam 5 pagi hingga tengah hari setiap hari dan digunakan sebagian besar oleh para pemukim yang bepergian ke kota untuk bekerja dan belajar.
Untuk saat ini, jalan baru akan terbuka hanya antara 5 M. dan siang hari, ketika lalu lintas terberat.
Kepala Dewan Daerah Binyamin, Y’Israel’ Gantz, yang mengambil bagian dalam upacara pembukaan, menyebut jalan itu “tidak kurang dari garis oksigen untuk penduduk di wilayah itu, yang bekerja, belajar dan pergi keluar untuk hiburan di kota.”
Dikutip Ha’aretz, Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan menyebut jalan raya itu “sebuah contoh dari kemampuan untuk menciptakan koeksistensi antara warga ‘Israel’ dan Palestina sambil menjaga (terhadap) tantangan keamanan yang ada.”
Sementara itu, Otoritas Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “jalan apartheid” menimbulkan tantangan bagi kredibilitas masyarakat internasional.
Baca: Zionis-Israel Lancarkan Yahudisasi Nama Jalan di Al-Quds
Direktur administrasi dewan lokal untuk Al-Zaim, sebuah desa Palestina di sisi lain tembok, Mohammed Abu Zaid khawatir bahwa perjalanan dari desanya ke kota akan diperpanjang sekitar delapan kilometer jika proyek tersebut selesai.
Orang-orang Palestina dan ‘Israel’ sering berbagi jalan di Tepi Barat, meskipun beberapa disediakan khusus untuk pemukim ‘Israel’.
Seorang pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) bergabung dengan yang lain yang menyebutnya “jalan apartheid pertama” dan menyuarakan kekhawatiran itu bisa menciptakan preseden buruk.
Sementara itu, Aviv Tatarsky dari LSM ‘Israel’ Ir Amim, yang menentang ekspansi pemukiman mengatakan, tujuan jangka panjang adalah untuk memberikan pemukim dengan rute lain untuk memungkinkan mereka mengakses Yerusalem secara lebih langsung.
Tetapi orang-orang Palestina yang bepergian antara utara dan selatan Tepi Barat harus mengubah arah dan beberapa desa Palestina akan menemukan diri mereka lebih terisolasi dari Yerusalem, kata Tatarsky.
Bagi Tatarsky, jalan itu juga merupakan bagian dari upaya untuk menggabungkan permukiman ‘Israel’ di dekat Yerusalem lebih dekat ke kota, katanya.
Bagaimanapun ini bukan “Jalan Apartheid” pertama di Palestina yang diduduki. Menurut B’Tselem, NGO pembela Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan, ‘Israel’ memiliki banyak jalan di atau di mana orang Palestina tidak diperbolehkan mengemudi tanpa izin khusus.
Dikutip DailySabah, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk keputusan pemerintah ‘Israel’ untuk membuka jalan yang memisahkan komunitas Palestina dari pemukiman Yahudi di timur laut Yerusalem.
“Pembukaan jalan ini datang dalam kerangka upaya berkelanjutan ‘Israel’ untuk merusak setiap peluang mencapai solusi politik,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, Kamis.
“‘Israel’ terus memaksakan rezim apartheid di Palestina yang diduduki,” katanya.*