Hidayatullah.com—Puluhan ribu orang memenuhi jalan-jalan di ibukota Aljiers dan berbagai kota lain di negara Aljazair hari Jumat (8/3/2019), memprotes pencalonan Abdelaziz Bouterflika sebagai presiden untuk periode kelima.
Bouteflika, yang tidak terlihat di mata publik sejak diberangkatkan ke Swiss pada 24 Februari untuk menjalani “perawatan medis rutin”, mengeluarkan peringatan kepada pengunjuk rasa agar mereka berhati-hati supaya aksinya tidak disusupi oleh pihak-pihak licik yang ingin menjadikan negara itu kacau.
Dalam pesannya itu, Bouteflika memperingatkan perang saudara bisa terjadi lagi, seperti apa yang mereka alami di tahun 1990-an, sebab “krisis dan tragedi memicu terorisme” di berbagai negara di Afrika.
Meskipun demonstrasi dinyatakan terlarang sejak tahun 2001 di Tanzania, unjuk rasa yang terjadi sejak dua pekan lalu semakin menyedot banyak orang. Namun, para penyelenggara unjuk rasa menegaskan bahwa demonstrasi yang mereka gelar itu bersifat damai dan selalu membersihkan jalan-jalan lokasi demonstrasi setelah aksi mereka selesai.
Demonstrasi hari Jumat kemarin sejauh ini merupakan yang terbesar. Stasiun televisi pemerintah APS melaporkan bahwa mereka menuntut “perubahan rezim”. Namun, seiring dengan terbenamnya matahari, peserta unjuk rasa berangsur-angsur surut, tinggal kelompok-kelompok kecil pemuda yang berhadapan dengan polisi, yang menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka. Pihak berwenang Aljazair menangkap 195 orang dalam demonstrasi hari Jumat itu, lapor APS seperti dilansir DW.
Sementara itu di Swiss, pihak kepolisian mengkonfirmasi bahwa mereka menangkap seorang pengusaha yang juga aktivis oposisi Rachid Nekkaz, karena menerobos masuk ke Geneva University Hospitals (HUG) di mana Bouteflika dirawat. Nekkaz, yang ingin menemui Bouteflika dilarang masuk begitu petugas mengetahui bahwa dia memiliki status kewarganegaraan Prancis.dan berteriak kepada orang-orang di luar HUG, “40 juta rakyat Aljazair ingin mengetahui di mana presiden mereka.”
Bouteflika, yang menjabat presiden Aljazair sejak 27 April 1999, mengumumkan maksudnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode kelima pada 10 Februari lalu. Dewan Konstitusi di Aljazair sekarang memiliki waktu sampai 13 Maret untuk menyetujui kandidat yang layak mengikuti pemilu presiden 18 April 2019.*