Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri ‘Israel’ Gabi Ashkenazi pada hari Senin (17/08/2020) menelepon mitranya dari Oman, Yusuf bin Alawi, menurut penyiar negara Israel. Langkah itu dilakukan setelah negara Teluk mendukung kesepakatan UEA-Israel pekan lalu untuk menormalkan hubungan.
Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan antara Israel dan UEA untuk menormalkan hubungan mereka.
UEA adalah negara Teluk pertama dan negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel setelah Mesir dan Yordania.
Terlepas dari laporan bahwa kesepakatan itu menghentikan rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian Tepi Barat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan komitmen berkelanjutan pemerintahnya terhadap rencana pencaplokan.
Negara Teluk Oman mengkonfirmasi dukungannya untuk kesepakatan itu.
Kantor Berita resmi Oman pada hari Jumat mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Luar Negeri negara itu yang mengatakan “Kesultanan Oman mendukung kesepakatan tersebut.”
Seperti negara tetangga Teluk Bahrain, negara itu menyebut perjanjian itu sebagai langkah “bersejarah”.
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu Jumat mengucapkan terima kasih kepada Presiden Mesir Adel-Fattah el-Sisi dan pemerintah Oman dan Bahrain atas dukungan mereka terhadap normalisasi hubungan antara Abu Dhabi dan Tel Aviv, Anadolu Agency melaporkan.
Sementara Netanyahu memuji “era baru” antara Israel dan dunia Arab menyusul kesepakatan dengan UEA, Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas menyuarakan “penolakan dan kecaman yang kuat” dan menyerukan pertemuan darurat Liga Arab.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam sebuah pernyataan, Abbas menyebut kesepakatan itu sebagai “agresi” terhadap rakyat Palestina dan “pengkhianatan” terhadap perjuangan mereka, termasuk klaim mereka atas Yerusalem sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Harakah Al Muqâwama Al-Islâmiyyah atau Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Gaza, menolak pakta ‘Israel’-UEA, menyebutnya sebagai “hadiah untuk pendudukan dan kejahatan Israel” dan mengatakan itu “tidak memikirkan rakyat Palestina”.*