Hidayatullah.com—Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada hari Senin mengatakan bahwa tidak akan ada normalisasi hubungan dengan ‘Israel’ sampai penjajah Zionis itu mengakhiri penjajahannya di tanah Arab dan Palestina lapor Middle East Monitor (25/08/2020).
Yusuf Al-Utsaimin, sekretaris jenderal OKI, mengatakan dalam pertanyaan resmi: “Membangun hubungan normal antara negara-negara anggota organisasi dan negara pendudukan ‘Israel’ tidak akan tercapai hingga diakhirinya pendudukan ‘Israel’ atas tanah Arab dan Palestina yang dijajah sejak 1967, termasuk Al-Quds.” Dia menekankan bahwa perjuangan Palestina adalah masalah inti bagi OKI.
Inisiatif Perdamaian Arab 2002, katanya, “merupakan pilihan strategis, peluang bersejarah, dan rujukan bersama di mana solusi damai, adil, dan komprehensif untuk konflik Arab-‘Israel’ harus didasarkan.” Inisiatif yang disahkan dalam KTT Arab 2002 di Beirut, mengusulkan pembentukan hubungan normal antara negara-negara Arab dan ‘Israel’ sebagai ganti penarikan ‘Israel’ dari semua tanah Arab yang diduduki sejak 1967, solusi yang adil untuk masalah pengungsi, dan pembentukan Negara Palestina dengan Baitul Maqdis timur atau Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Tetapi pemerintah Zionis berturut-turut menolak inisiatif tersebut dan menyerukan perubahan mendasar terhadap inisiatif tersebut. Pada awal bulan ini, UEA dan ‘Israel’ mengumumkan perjanjian yang ditengahi AS untuk menormalkan hubungan mereka, termasuk membuka kedutaan di wilayah masing-masing.
UEA akan menjadi negara Arab ketiga yang menandatangani perjanjian damai dengan ‘Israel’ setelah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Kelompok perjuangan Palestina mengecam kesepakatan UEA-‘Israel’, dengan mengatakan itu tidak melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak warga Palestina.