Hidayatullah.com–Diego Maradona, pemain bola yang mungkin namanya paling banyak diperbincangkan dalam sejarah olahraga sepakbola, telah meninggal dunia dalam usia 60 tahun.
Putra kebanggaan Argentina itu dikenal sebagai pesepakbola kontroversial sekaligus sangat berbakat.
Dia wafat di rumahnya, menurut keterangan agen dan temannya Matías Morla, lansir Euronews Rabu (25/11/2020).
Atlet yang hanya setinggi 5 kaki 5 inci itu belum lama pulih dari operasi untuk menghilangkan gumpalan darah di otaknya dan baru saja keluar dari sebuah rumah sakit di Buenos Aires pada 11 November.
Argentina akan memberlakukan masa berkabung selama 3 hari, kata kantor kepresidenan.
Dilahirkan di Lanus, Argentina pada 30 Oktober 1960, karir sepakbola Maradona di pertengahan tahun 1970-an bersama klub divisi pertama Argetinos Juniors. Dari sana dia beralih ke klub yang lebih besar dan terkenal Boca Juniors. Di sanalah kemudian kemahirannya mengolah si kulit bundar menarik perhatian klub sepakbola raksasa Barcelona, yang merogoh kocek £5 juta untuk memboyongnya ke Spanyol pada tahun 1982. Kala itu nilai tersebut memecahkan rekor transfer dalam sejarah sepakbola.
Pada 1984 Maradona dibeli Napoli, dengan harga selangit, £6,9 juta.
Untuk negaranya Maradona bermain sebanyak 91 kali dengan hasil 34 goal.
Kabar kematiannya beredar dan mendapat reaksi cepat dari berbagai kalangan. Presiden Argentina termasuk yang pertama mengucapkan bela sungkawa. “Kamu telah membawa kami [bangsa Argentina] ke puncak dunia. Kamu membuat kami amat sangat bahagia. Kamulah yang terhebat dari semuanya,” cuit Alberto Fernandez di Twitter.
Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina dan penggemar sepakbola, mengingat Maradona dalam doa-doanya, kata Vatikan.
Matteo Bruni, jubir Tahta Suci Vatikan, mengatakan bahwa Paus setelah diberitahu tentang kematian Maradona, mengenang kembali masa-masa ketika mereka bertemu dan mengingatnya dalam doa-doanya.
Sineas Inggris Asif Kapadia, yang menyutradarai dokumenter pada tahun 2019 ‘Diego Maradona’, mengutarakan keterkejutannya.
Pelé, pesepakbola yang meraih juara Piala Dunia bersama Brazil, di Twitter mengatakan dunia kehilangan seorang legenda dan “suatu hari saya berharap dapat bermain bola bersama di langit.”
Bekas penyerang Inggris Gary Lineker, yang berhadapan dengan Maradona dalam kuartal final Piala Dunia Meksiko ’86, lewat media sosial mengatakan Maradona adalah “pemain terbaik pada generasi saya dan tidak diragunakan lagi sepanjang masa.”
Pada 1986, Maradona membawa Argentina melewati semi-final dan merebut gelar di final dengan melawan Jerman Barat. Namun, laga melawan Inggris merupakan yang paling terkenang bagi kebanyakan penggemar sepakbola, di mana Argentina menang 2-1 dari hasil tendangan Maradona. Gol kedua Maradona ketika itu dikenang hingga sekarang sebagai salah satu gol terindah. Namun, gol pertama yang kontroversial paling dikenang dan terkenal sebagai “gol tangan Tuhan”.
Gol pertama terjadi beberapa menit sebelum gol kedua. Bola menggetarkan gawang Peter Shilton dengan terlebih dahulu menyentuh tangan Maradona, yang ketika itu wasit bersikukuh mengatakan tidak dilihatnya. Usai pertandingan, Maradona berkata bahwa gol pertama tercipta “sedikit berkat kepala Maradona dan sedikit berkat tangan Tuhan.”
“Setelah menjalani kehidupan yang diberkati tetapi sulit, saya berharap dia akhirnya menemukan kedamaian di tangan Tuhan,” cuit Gary Lineker.
Pemain sepakbola yang di negaranya dijuluki “Pibe de Oro” atau “Golden Boy” itu berkurang kegesitannya seiring dengan pertambahan lingkar perutnya.
Pada tahun 1991 Maradona justru terkenal karena skandal doping pertama di mana dia mengakui miliki kebiasaan menggunakan kokain, yang terus menghantuinya hingga pensiun pada tahun 1997 di usia 37.
Saat Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, dia gagal tes doping karena terbukti menggunakan stimulan dan didepak dari turnamen.
Lagi-lagi karena kokain yang mengganggu kerja jantungnya, Maradona dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan sekarat pada tahun 2000 dan 2004.
Maradona pernah mengakui bahwa kokain adalah “lawan terberatnya.”
Tahun 2005 Maradona menjalani gastric bypass guna mengatasi pertambahan berat badan yang sulit dikendalikannya.
Tahun 2007 dia masuk ke rumah sakit hepatitis akut gegera, kata dokter, terlalu banyak menenggak minuman keras dan kebanyakan makan.
Maradona kembali ke lapangan pada tahun 2008 sebagai pelatih timnas Argentina. Namun, setelah gagal di babak perempat final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan dia dipecat lalu bekerja melatih klub Al Wasl di Uni Emirat Arab.
Pesepakbola yang populer dengan jersey nomor 10 itu merupakan anak kelima dari 8 bersaudara. Dia tumbuh di sebuah kampung miskin dan kumuh di pinggiran Buenos Aires, di mana dia kerap menendang bola di lapangan becek yang menjadi awal kemahirannya mengolah bola.*