Hidayatullah.com–Pakistan mengatakan telah menyampaikan kepada Uni Emirat Arab (UEA) bahwa Islamabad tidak akan mengakui ‘Israel’ sampai “penyelesaian konkrit dan permanen” dari masalah Palestina tercapai, lapor TRT World. Sikap tegas Pakistan ini amat berbeda dengan beberapa Negara Timur Tengah yang telah ‘bermesraan’ dengan negara Zionis itu.
“Saya dengan tegas menyampaikan sikap Pakistan terhadap ‘Israel’ kepada menteri luar negeri UEA bahwa kami tidak akan dan tidak dapat menjalin hubungan dengan ‘Israel’ sampai solusi konkret dan permanen untuk masalah Palestina ditemukan,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi kepada wartawan, Senin (21/12/2020).
Komentar Qureshi datang hanya sehari setelah kunjungannya ke UEA, yang dipandang oleh banyak orang sebagai “penting” di tengah desas-desus bahwa Islamabad diam-diam telah mengirim utusan ke Tel Aviv. Islamabad membantah laporan tersebut, terutama dari media ‘Israel’.
Menanggapi pertanyaan mengenai dugaan tekanan dari Arab Saudi, UEA, dan negara-negara Teluk lainnya untuk pengakuan ‘Israel’, Qureshi mengatakan dia telah menjelaskan kepada mitranya di UEA tentang “kedalaman emosi dan perasaan” yang dimiliki orang Pakistan tentang Palestina dan Kashmir. Qureshi mengatakan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan “sepenuhnya memahami perasaan kami” atas dua masalah tersebut.
Kepentingan Inti Pakistan
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menjadi berita utama bulan lalu ketika dia mengungkapkan bahwa Islamabad telah berada di bawah tekanan dari beberapa negara “sahabat” untuk mengakui ‘Israel’. Meskipun dia tidak menyebutkan nama mereka, banyak yang percaya PM Khan merujuk ke Arab Saudi dan UEA.
“Kami harus membuat keputusan dengan memperhatikan kepentingan Pakistan dan bukan karena tekanan apa pun. Kami memiliki kebijakan dan kami masih teguh padanya,” kata menteri luar negeri Pakistan.
UEA, Bahrain, dan Maroko baru-baru ini menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan pejajah ‘Israel’. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Pakistan dengan sekutu tradisional Teluk terpukul karena “netralitas” Islamabad pada beberapa masalah, termasuk perang di Yaman dan blokade Qatar oleh aliansi Arab yang dipimpin Saudi.
Riyadh juga tampaknya kesal dengan kritik dari Islamabad atas sikap hangatnya terhadap sengketa Kashmir yang sudah berlangsung lama.
Pembatasan Visa
Bulan lalu, UEA berhenti mengeluarkan visa baru untuk warga dari 13 negara, sebagian besar Muslim, dengan alasan kekhawatiran akan virus corona. Keputusan tersebut mulai berlaku pada 18 November dan mencakup warga dari Yaman, Suriah, Iraq, Libya, Afghanistan, Pakistan, Somalia, Kenya, Lebanon, Tunisia, Aljazair, Turki, dan Iran.
Tetapi banyak orang Pakistan mengatakan mengizinkan penerbangan dari AS dan India – negara yang paling terpengaruh oleh Covid-19 – menunjukkan standar ganda UEA. Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan dipastikan bahwa pembatasan visa bersifat sementara dan diberlakukan karena merebaknya pandemi Covid19.*