Hidayatullah.com—Bashar Assadkembali dilantik sebagai presiden Suriah untuk periode keempat hari Sabtu (17/7/2021) setelah dinyatakan resmi memenangkan pilpres dengan 95% suara.
Itu adalah pemilihan presiden kedua sejak dimulainya perang saudara satu dekade lalu yang telah menewaskan hampir setengah juta orang dan menghancurkan infrastruktur negara, lapor AFP.
Sesaat sebelum pelantikan, roket-roket yang ditembakkan oleh pasukan pro-pemerintah menewaskan enam orang termasuk tiga anak-anak dan seorang pekerja penyelamat di benteng pemberontak besar terakhir di Idlib, kata Syrian Observatory for Human Rights.
Seorang koresponden AFP di desa Sarja di Idlib pada hari Sabtu (17/7/2021) melihat orang-orang bergegas segera untuk mengeluarkan mayat dari puing-puing rumah yang runtuh, sebelum membawanya pergi dengan dibungkus selimut merah.
Assad, 55, dilantik dengan menggunakan konstitusi Suriah dan al-Qur’an di hadapan lebih dari 600 tamu, termasuk menteri, pengusaha, akademisi dan jurnalis, kata panitia penyelenggara.
Pemilu “telah membuktikan kekuatan legitimasi rakyat … yang diberikan kepada negara”, kata Assad dalam pidato pelantikannya. Pemilu “telah mendiskreditkan deklarasi pejabat barat tentang legitimasi negara,” imbuhnya.
Pada malam menjelang hari pemilihan 26 Mei, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia mengatakan pemungutan suara yang digelar rezim Suriah itu “tidak bebas atau adil”, sedangkan oposisi Suriah yang terkotak-kotak menyebutnya sebagai “lelucon”.
Perang Suriah membuat jutaan orang tergusur dari kampungnya. Perang bermula dari aksi demonstrasi rakyat pada 2011 yang memprotes kesewenangan pemerintah. Dalam pidato pelantikan Assad meminta “mereka yang bertaruh pada … keruntuhan negara” untuk kembali ke “pelukan ibu pertiwi”.
Dengan slogan kampanye “Harapan melalui kerja”, Assad menempatkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya arsitek rekonstruksi yang realistis.
Dalam pidatonya, dia mengatakan fokusnya sekarang adalah membebaskan daerah-daerah yang masih di luar kendali pemerintah dan meningkatkan ekonomi dan mata pencaharian masyarakat.
Dengan sokongan penuh dari rezim Syiah Iran dan Rusia, pasukan pemerintah Bashar Assad sekarang berhasil menguasai dua pertiga wilayah Suriah.
Assad berjanji untuk merebut wilayah Suriah yang tersisa dari “para teroris dan dari sponsor Turki dan Amerika mereka”.*