Hidayatullah.com–Brigitte Macron, istri dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, melayangkan gugatan hukum terhadap penyebar berita dusta yang mengatakan bahwa dirinya dilahirkan sebagai seorang laki-laki.
Kabar palsu itu sebenarnya sudah muncul sekitar bulan Maret, tetapi semakin menyebar di media sosial dua bulan terakhir. Berita itu menyebut Brigitte Macron, yang memiliki tiga anak dari pernikahan pertamanya, dilahirkan sebagai bayi berjenis kelamin laki-laki bernama Jean-Michel Trogneux, lapor AFP Kamis (23/12/2021).
Pengacara Brigitte, Jean Ennochi, sebelumnya awal pekan ini mengkonfirmasi kepada AFP bahwa kliennya memutuskan untuk membuat gugatan dan itu sedang diupayakan.
Berita palsu itu tampaknya pertama kali disebarkan oleh seseorang yang menggunakan nama “Natasha Rey” di Facebook. Profil laman itu menyebut pemiliknya akun adalah seorang “jurnalis” yang menggambarkan dirinya sendiri diliputi dengan teori konspirasi dan mengecam “kediktatoran kesehatan”.
Dia mendukung klaimnya tersebut dengan menyertakan foto lawas keluarga Brigitte dan file yang diduga merupakan dokumen sipil.
Kabar bernuansa teori konspirasi itu mendapat angin di pertengahan bulan Oktober menyusul publikasi sebuah artikel perihal “misteri Brigitte Macron” di sebuah majalah yang didirikan tahun 1996 oleh tokoh kanan jauh Emmanuel Ratier.
Ratier pada saat pemakaman di tahun 2015, mendapatkan ucapan belasungkawa dari politisi rasis Jean-Marie Le Pen.
Tagar #JeanMichelTrogneux muncul untuk pertama kalinya di Twitter pada 1 November — hampir dua minggu setelah artikel itu diterbitkan — dan disebarluaskan oleh akun Twitter anti-pemerintahan Presiden Macron bernama “Le Journal de la Macronie”, menurut alat analisis data InVid We Verify yang dikembangkan untuk kantor berita AFP.
Selama hampir sebulan, tagar itu masih di bawah radar sebelum mengalami lonjakan popularitas yang spektakuler dari awal Desember.
Menurut hitungan InVid’s terakhir, tagar itu sejauah ini sudah di-retweet sebanyak 68.300 dan mendapatkan lebih dari 174.000 jempol suka. Sebagian penyebar berita palsu itu menambahinya dengan komentar bernada memusuhi kepala negara Prancis, tetapi sebagian juga ada yang bersikap sebaliknya, mencela penyebaran berita palsu itu.
Strategi yang digunakan untuk menyebarkan rumor ini seringkali sama: membuat interpretasi menyesatkan berdasarkan foto yang diperbesar di berbagai bagian tubuh tertentu, dan mengkaitkannya penemuan information menghebohkan.
Ini bukan pertama kalinya pasangan Macron menjadi sasaran rumor yang mencampuradukkan gender dan orientasi seksual. Selama kampanye presiden 2017, Emmanuel Macron harus menyangkal tuduhan yang menyebutkan bahwa dia gay.*