Hidayatullah.com—Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan meminta para pendukungnya untuk berkumpul secara damai untuk menuntut pemilihan baru di ibukota pada hari Rabu 25 Mei 2022. Panggilan itu dilakukan setelah perdana menteri yang digulingkan itu mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Partai Tehreek-e-Insaf (PTI) di kota Peshawar.
Imran menjelaskan, aksi unjuk rasa tersebut bertujuan untuk menjaga kedaulatan negara karena mosi tidak percaya sebelumnya merupakan konspirasi Amerika Serikat (AS) untuk mencopot diri dari jabatan tertinggi negara tersebut. Imran telah berulang kali menuduh partai-partai oposisi Pakistan berkolaborasi dengan kekuatan asing setelah penolakannya untuk mendukung Washington dalam masalah-masalah melawan Rusia dan China.
“Kami tidak akan pernah menerima pemerintahan baru ini, tidak peduli berapa lama kami harus tinggal di Islamabad, kami terus berada di sini,” katanya kepada wartawan di Peshawar.
Dia mendesak pihak berwenang untuk tidak memblokir aksi unjuk rasa. Unjuk rasa itu diharapkan menggalang dukungan dari para pendukung Imran dari luar kota sebelum mereka pindah ke pusat kota di Islamabad.
Imran menjabat sebagai Perdana Menteri selama lebih dari tiga setengah tahun sebelum digulingkan oleh mosi tidak percaya di Parlemen oleh semua koalisi besar partai politik Pakistan. Sejak pengunduran dirinya, ia secara teratur mengorganisir demonstrasi di beberapa kota untuk menunjukkan dukungan kuat rakyat kepadanya.
Polisi siap mengadang
Polisi mengancam akan mengambil tindakan terhadap pendukung Imran Khan dan pemimpin PTI, untuk mencegah protes massal yang direncanakan terjadi di Islamabad.
Pawai “Haqiqi Azadi” yang direncanakan (pawai untuk kebebasan sejati) pada hari Rabu memberikan pukulan besar bagi pemerintah Perdana Menteri Shehbaz Sharif, yang baru berusia enam minggu setelah Imran digulingkan melalui mosi tidak percaya di Parlemen.
Pada hari Senin, polisi di beberapa kota di provinsi Punjab menggerebek rumah para pemimpin partai PTI termasuk rumah mantan menteri Hammad Azhar di Lahore. Menurut media lokal, tindakan polisi itu menyusul pertemuan Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) yang memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap para pendukung Imran dan menolak seruan untuk diadakannya pemilihan umum baru.
Pertemuan itu juga dihadiri Nawaz Sharif secara virtual. Mantan perdana menteri sekarang tinggal di pengasingan di London.
“Protes damai adalah hak semua warga negara. Tindakan keras terhadap para pemimpin dan staf IDC di Punjab dan Islamabad sekali lagi menunjukkan kepada kita – sikap fasis PMLN ketika berkuasa,” tweet Imran pada hari Senin.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ia juga mengkritik militer yang sebelumnya diharapkan tetap “netral” dalam upayanya menentang “pemerintahan impor”.
Banyak pemimpin PTI, termasuk mantan menteri Zartaj Gul Wazir, Fawad Chaudhry, Farrukh Habib, dan mantan ketua Majelis Negara Asad Qaiser, telah berjanji untuk memastikan protes di Islamabad berlanjut.
“Pemerintah impor telah menggunakan taktik murah,” kata Zartaj.
Dia mengatakan polisi juga telah menyerang privasi orang-orang. Presiden Punjab PTI Shafqat Mahmood mengatakan tindakan yang diambil terhadap mereka sama sekali tidak akan menghalangi semangat patriotik rakyat untuk memperjuangkan kebenaran.
Konfrontasi antara pemerintah baru dan pendukung Imran berpotensi memicu lebih banyak masalah ekonomi bagi Pakistan yang saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengumpulkan dana.*