Hidayatullah.com—Pelaku industri daur ulang di Inggris mengatakan tidak tahu bagaimana mengatasi keadaan menyusul keputusan China yang melarang impor sampah plastik.
Inggris mengapalkan sampai 500.000 ton plastik untuk didaur ulang di China setiap tahun, tetapi sekarang perdagangan limbah plastik itu dihentikan, lapor BBC Senin (1/1/2018).
Sekarang ini Inggris tidak bisa mengatasi sampah sebanyak itu, kata UK Recycling Association.
Pimpinan eksekutifnya, Simon Ellin, mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak tahu solusi jangka pendek apa yang bisa mengatasi masalah tersebut.
“Ini merupakan pukulan besar buat kami… sebuah pengubah keadaan bagi industri kami,” ujarnya. “Kita mengandalkan China sudah sangat lama untuk menampung sampah-sampah kita … 55% kertas, 25% lebih plastik. Kami sama sekali tidak punya pasarnya di Inggris. Ini artinya bakal ada perubahan besar dalam industri kami.”
China memberlakukan larangan impor “sampah asing” mulai bulan ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan industrinya.
Sejumlah negara Asia lain akan mengambil sampah plastik Inggris, tetapi sisanya yang tidak tersalurkan masih sangat banyak.
Menteri Lingkungan Michael Gove mengakui bahwa dirinya lambat menyadari masalah tersebut akan muncul.
Recoup, organisasi Inggris pendaur ulang sampah plastik, mengatakan larangan impor oleh China itu artinya sampah plastik di Inggris akan menggunung dan harus dibuang ke tempat-empat penampungan sampah atau dimusnahkan di tempat pembakaran.
Peter Fleming, dari Local Government Association, mengatakan kepada BBC, “Jelas akan ada peran dari fasilitas pembakaran, tetapi tidak semua daerah memiliki insinerator.”
“Ini sebuah tantangan, utamanya dalam jangka pendek … dan kita akan bisa mengatasinya. Dalam jangka panjang kita membutuhkan lebih banyak strategi pembuangan limbah cerdas.”
Langkah pembakaran sampah plastik guna mengatasi melimpahnya limbah tersebut menghadapi penentangan keras dari kelompok-kelompok peduli lingkungan.
“Pemerintah yang membuat kita terjerumus ke dalam kekacauan ini dengan terus menunda pengambilan keputusan dan melempar tanggung jawab ke pihak lain,” kata Louise Edge dari Greenpeace kepada BBC. Menurutnya insinerator bukan jawaban yang benar untuk mengatasi masalah ini. Pasalnya, jika dibakar sampah plastik akan menimbulkan polusi kimia beracun dan logam berat.
“Jika Anda membangun insinerator, hal tersebut akan menciptakan pasar plastik sekali pakai dalam 20 tahun mendatang, yang mana justru hal tersebut yang ingin kita hindari saat ini,” imbuhnya.
Saat ini pemerintah Inggris sedang menggodok rencana penerapan pajak industri atas plastik sekali pakai, yang diharapkan bisa mengurangi limbah plastik.*