Hidayatullah.com– Pasca normalisasi hubungan antara Turki dan “Israel”, delegasi kementrian energi dan sumber daya alam Turki kini sedang mengunjungi Jalur Gaza untuk melakukan pertemuan khusus untuk menutupi kebutuhan listrik dan infrastruktur Jalur Gaza.
Dikutip Palestine Information Centre (PIC), delegasi para pejabat Turki ini tiba di Gaza pada hari Ahad (10/07/2016). Mereka akan bertemu dengan para pejabat di pemerintah Palestina dan di Jalur Gaza serta para pejabat Israel, dan mulai bekerja untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sektor listrik di Gaza.
Menurut catatan, Jalur Gaza saat ini membutuhkan 400 megawatt listrik dan baru tersedia 212 megawatt. Dari Israel 120 megawatt, dari Mesir 32 megawatt dan dari satu-satunya pembangkit listrik di Gaza 60 megawatt. Demikian menurut data otoritas energi Palestina.
Sebagaimana diketahui, Jalur Gaza mengalami krisis energi sangat parah. Hal ini memaksa perusahaan listrik Gaza memutus arus listrik di sebagian wilayah Jalur Gaza dan menyalakan di sebagian wilayah lain secara bergantian, karena stasiun pembangkit listrik yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Sementara listrik dari Israel dan Mesir saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari.
Sumber-sumber di kementrian energi dikutip Anadolu Agency (AA) menegaskan sejumlah perusahaan swasta Turki yang memiliki pengalaman di bidang ini mengungkapkan kesiapan mereka untuk turut andil menutupi kebutuhan listrik Jalur Gaza terkait dengan produksi, penyaluran dan pendistribusian energi.
Sebegaimana diketahui, pada tanggal 26 Juni 2016 lalu, Turki dan “Israel” mencapai kesepakatan normalisasi hubungan. Yang di antaranya hasilnya adalah Israel mengadopsi upaya Turki yang berkaitan dengan infrastruktur dan situasi kemanusiaan di Gaza sampai terjadi perkembangan cepat di bidang-bidang tersebut.
Donasi Gaza
Sementara itu, pemerintah Rekonsiliasi Palestina menyatakan, negara-negara donor yang pernah berjanji memberikan kontribusi dalam merenovasi Jalur Gaza pasca agresi Israel tahun 2014 masih memberikan 40% saja dari komitmen mereka.
Dari total yang dibayarkan hingga sekarang dari janji negara donor mencapai 1.409 juta USD atau 40% dari total komitmen dan masih tersisa 3.507 juta dolar.
Laporan juga menegaskan, bantuan dari pemerintah Kuwait sampai saat ini masih terbesar di banding negara lain dalma bidang rekontruksi senilai 200 juta USD.*/Nashirul Haq AR