Hidayatullah.com–Festival Al-Qur’an Indonesia (FAI) di Bayt al-Qur’an, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) telah ditutup, Sabtu (30/07/2011) lalu. Festival al-Qur’an yang baru kali pertama ini digelar di Inonesia berlangsung sejak tanggal 22-30 Juli 2011. Dari awal hingga akhir festival seluruh acara inti dan pendukung serta kegiatan pameran al-Qur’an terbesar se-Indonesia ini berjalan lancar.
Selain dipamerkan beragam jenis al-Qur’an dari banyak penerbit al-Qur’an di Indonesia, acara FAI juga cukup sukses karena kedatangan sejumlah tokoh nasional yang hadir sebagai pengunjung sekaligus sebagai pembicara di acara FAI. Respon masyarakat, majlis taklim, pesantren dan sekolah juga cukup baik.
Ini dibuktikan dengan berbondong-bondongnya anggota majlis taklim dan lembaga pendidikan tersebut mendatangi even pameran al-Qur’an terbesar di Indonesia ini. Minimnya dukungan dari pihak Taman Mini dan lembaga terkait ternyata tak menyusutkan minat masyarakat mendatangi FAI di Bayt al-Qur’an.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Asosiasi Penerbitan Mushaf al-Qur’an Indonesia (APQI) Ali Mahdami merasa terharu dan berterima kasih kepada seluruh panitia FAI yang telah bekerja keras hingga pameran al-Qur’an pertama dan terbesar di Indonesia ini dapat berjalan lancar.
“Meskipun dipenggal kiri-kanan, samping-belakang, tapi panitia tak pantang menyerah. Jiwa seperti patut dicontoh oleh para pemimpin kita di negeri ini,” tandasnya.
Muhammad Asrori Ketua Panitia FAI, mewakili keseluruhan panitia juga mengutarakan rasa terima kasihnya kepada seluruh penerbit al-Qur’an yang ikut sebagai peserta karena sejak awal hingga akhir mendukung penuh terselenggaranya festival al-Qur’an pertama di Indonesia.
“Tanpa dukungan para penerbit dan juga masyarakat, festival al-Qur’an ini mustahil dapat sukses terselengara,” ujarnya, penuh syukur.
Melalui FAI ini Asrori merasakan dan menyadari, ternyata tidak mudah membumikan al-Qur’an di negeri mayoritas Muslim ini sebab dukungan lembaga terkait, khususnya pemerintah dirasakan belum optimal.
“Namun demikian, bagi kami ini bukanlah hambatan, tapi tantangan yang harus kami atasi,” tandasnya, tak pantang menyerah.
Belajar dari pengalaman FAI kali ini, untuk pilihan lokasi penyelenggaraan FAI kedua tahun depan, Asrori telah mengancang-ancang Istora Senayan, Jakarta. Langkah ke arah sana pun sedang dirancang oleh panitia FAI.
“Selain untuk tujuan membumikan al-Qur’an, tujuannya juga agar masyarakat lebih optimal merasakan manfaat dari festival al-Qur’an ini,” katanya.
Satu orang, Satu Quran
Pada acara penutupan hari Sabtu juga digulirkan Gerakan Nasional Cinta Al-Qur’an (Genta). Selain itu, Bekerjasama dengan Laznas BSM, panitia FAI juga menggulirkan program wakaf 1 juta al-Qur’an.
Dalam kata sambutannya, Direktur Laznas BSM Umat Kiagus M Thohir mengatakan, program wakaf Qur’an ini akan dilakukan ke seluruh Indonesia.
“Melalui program ini semoga al-Qur’an menjadi bacaan utama seluruh umat Islam Indonesia,” tegasnya.
Sejak digulirkan pertama kali tahun 2007 hingga saat ini, program wakaf al-Qur’an BSM sudah memberikan 15 al-Qur’an gratis ke masyarakat.
Menurut Kiagus M Thohir, pembagian wakaf Qur’an ini akan terus bergulir hingga menembus 1 juta Qur’an yang akan dibagikan ke seluruh wilayah di Indonesia.
“Tanpa dukungan seluruh masyarakat program one Qur’an one Muslim mustahil berhasil,” katanya.
Saat penutupan FAI itu juga secara simbolis Laznas BSM Umat memberikan wakaf al-Qur’an kepada 150 masjid dan mushalla di wilayah DKI Jakarta. Rencananya, program ini akan terus berlanjut ke wilayah lainnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan kota-kota lainnya di Indonesia.*/rivai