Hidayatullah.com–Meski telah terbukti sistem ekonomi kapitalis tidak mampu membawa kesejahteraan nyata namun sistem ekonomi Islam belum menjadi pilihan utama.Indonesia sendiri yang mayoritas berpenduduk Muslim belum sepunuhnya sistem ekonomi Islam dilaksanakan secara merata.
Demikian salah satu pendapat Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti pada Kemendiknas, Illah Sailah dihadapan peserta “Semiloka Nasional tentang Pendidikan dan Pengajaran Ekonomi Islam” di Aula Universitas Islam Bandung, Selasa (13/12/2011).
Illah menambahkan,meski tantangan besar umat Islam adalah menghadapi sistem ekonomi kapitalis,namun menurutnya yang lebih utama adalah mengubah paradigma tentang sistem ekonomi kapitalis secara kontinu menjadi ekonomi syariah.
“Ekonomi Islam tidak cukup hanya dengan ilmu dan gambaran saja namun perlu contoh real dan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat,”jelasnya.
Sementara untuk SDM nya diperlukan institusi yang fokus dengan tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya sehingga akan melahirkan praktisi ekonomi Islam yang mumpuni.
“Saya berharap semua perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi ekonomi Islam harus bisa bersatu, membuat jejaring sehingga tidak ada lagi prodi ekonomi Islam di PT A lebih baik daripada di PT B,karena ekonomi Islam standarnya sama,” harapnya.
Sementara regulasi dari pemerintah ,Illah berharap harus berpihak pada ekonomi kerakyatan.Untuk itu pihaknya mengaku tengah menyiapkan kebijakan tentang prodi ekonomi Islam di perguruan tinggi.Sehingga tidak lagi timbul kerancuan dan tumpang tindih kebijakan.Seperti prodi ekonomi Islam itu dibawah Kementrian Agama atau Kementrian Pendidikan Nasional.
Soal belum seragamnya kurikulum Program Studi (prodi) Ekonomi Islam di perguruan tinggi juga diakui Rektor Universita Islam Bandung (Unisba),Prof.DR.dr Thaufiq Boesoirie.
Menurut Thaufiq,perguruan tinggi-perguruan tinggi yang tergabung dalam Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) yang saat ini menyelenggarakan prodi ekonomi Islam mempunyai kurikulum sendiri-sendiri.
“Padahal anggota kita lebih dari 150 PT,mudah-mudahan dari Semiloka ini akan ada rumusan kerangka standarisasi kurikulum”, ujar Thaufiq kepada hidayatullah.com.
Sementara disinggung soal peluang SDM bidang syariah dalam dunia kerja,Thaufiq menjelaskan bahwa setiap tahun permintaan tersebut selalu meningkat. Hal tersebut bukan saja terjadi pada dunia perbankan yang berbasis syariah (bank syariah) namun juga pada lembaga terkait lainnya.
“Kita (Unisba) sudah menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan nasional yang setiap tahun mereka siap menyerap 5000 SDM lulusan fakultas syariah dari kita,”ungkapnya.
Itu,sambung Thaufiq,baru dari satu perusahaan saja secara nasional kebutuhan SDM syariah pasti lebih besar lagi.
Untuk itu dirinya berharap fakultas syariah atau program studi ekonomi Islam tidak lagi menjadi pilihan kedua namun bisa menjadi pilihan utama mengingat peluang di dunia kerja yang masih terbuka.
Semilokanya sendiri akan berlangsung selama dua hari dan diikuti seluruh anggota BKS-PTIS seluruh Indonesia.Dimana pembukaannya dilakukan Prof.Dr.Mahfud MD selaku Wakil Ketua Dewan Penasehat BKS-PTIS.*