Hidayatullah.com—Meski sudah mulai kondusif pasca kasus penurunan spanduk penolakan Front Pembela Islam (FPI) di Pontianak yang hampir melahirkan bentrok fisik, kini, ormas Islam di Kalimantan Barat hari Jumat ini berencana bertemu guna membahas persoalan ini secara bersama-sama. Pernyataan ini disampaikan Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Kalimantan Barat, Dr. H. Haitami Salim.
“Hari ini kita akan menanangi masalah ini, “ ujar Haitami kepada hidayatullah.com, Jumat (16/03/2012) pagi.
Seperti diketahui, Hari Kamis (15/3/2012) sejumlah pemuka masyarakat Sintang bertemu Kapolres Sintang Oktavianus Marthin,SIK. Para pemuka masyarakat Kalbar ini menolak wilayahnya dirusak ulah provokator melalui SMS tidak jelas yang hanya memancing kerukunan etnis.
Bertempat di aula Polres Sintang, kala itu hadir Dandim 1205 Parlindungan Hutagalung, Kejari dan Ketua Dewan Adat Dayak serta MUI setempat. Pada kesempatan tersebut Ketua DAD Sintang Mikael Abeng mengatakan agar wilayahnya damai dan tidak menanggapi SMS tidak jelas berisi adu-domba FPI dengan etnis Dayak.
“Kita harapkan kondisi damai dan kondusif, kalau ada yang mendapat SMS, kita harapkan untuk tidak melanjutkan kepada orang lain, ini semua guna menjaga situasi yang kondusif, “ungkapnya dikutip Pontianak Post.
“Kita harapkan semua pihak jangan mudah terpancing, kita perlu waspada namun jangan berlebihan. Kita berharap selalu ada koordinasi antar sesama tokoh masyarakat,” ujar Ketua DPRD Sintang Harjono.
Sebelumnya, Hari Rabu, Polresta Pontianak telah memediasi antara pihak FPI dengan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar. Mediasi dihadiri Ketua DPW FPI Kalbar Habib Muhammad Iskandar Al-Kadrie, Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar, Yakobus Kumis, Ketua DPC FPI Kota Pontianak, Habib Ishaq Ali, dan Wakil Wali Kota Pontianak, Paryadi, serta beberapa tokoh masyarakat Kalbar lainnya.
Dalam dialog tersebut, Ketua DPW FPI Kalbar Habib Muhammad Iskandar Al-Kadrie mengaku sudah menerima pesan singkat (SMS) dari Ketua Umum DPP FPI Habib Rizieq Shihab. Isi SMS, Habib Rizieq meminta semua pihak agar mengedepankan dialog untuk mencari solusi dan pihaknya akan mendoakan agar Allah melindungi.
Sementara Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar, Yakobus Kumis mengatakan, sebenarnya pihaknya sudah lama ingin berdialog dengan FPI. Keinginan itu baru tercapai ketika Habib Rizieq berkunjung ke Pontianak memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallalu ‘alaihi Wassalam.
Selanjutnya Wakil Kepala Polda Kalbar Kombes Pol Safaruddin mengimbau masyarakat tidak terprovokasi SMS yang mengadu-domba ketenangan etnis Kalbar.
“Kami mengimbau masyarakat Kalbar agar tidak terprovokasi jika menerima pesan via SMS berkaitan insiden di Asrama Mahasiswa Pangsuma. Itu tidak benar dan bisa memancing pertikaian serta memicu situasi menjadi tidak kondusif,” kata Safaruddin belum lama ini saat memediasi FPI dengan DAD.
Seperti banyak dimuat berbagai media, Hari Rabu, 14 Maret 2012i, suasana sempat memanas terjadi antara mahasiswa Dayak anti FPI dengan simpatian FPI Kalimantan Barat. Kejadian bermula ketika warga Asrama Pangsuma, yang merupakan kediaman mahasiswa asal bagian timur Kalimantan Barat, memasang spanduk yang isinya penolakan dan minta pembubaran FPI di Kalbar.
Spanduk ini rupanya memancing amarah simpatisan FPI yang kemudian masuk ke asrama dan menurunkan spanduk. Namun pelepasan spanduk ini justru menimbulkan keributan dan nyaris bentrok. Untungnya, petugas Kepolisian Sektor Pontianak Barat dan Polresta Pontianak Kota bisa meredam ribut-ribut dua pihak. Pasca kejadian ini, banyak SMS provokatif yang menyebabkan hari Kamis, hampir seribu orang Dayak kembali berkumpul di Rumah Betang.*
Keterangan: Jajaran Kepolisian memediasi FPI dan Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar/kalbaronline.