Hidayatullah.com–Angka remaja Indonesia yang melahirkan sangat mengkhawatirkan. Itu karena terjadi peningkatan tajam pada angka kelahiran di bawah usia 20 tahun.
Hasil Survei Demografi Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan fertilitas tingkat remaja kelompok usia 15-19 tahun mengalami kenaikan dari 35 menjadi 48 kelahiran per 1.000 penduduk. Target yang ingin dicapai tahun 2014 adalah 30 kelahiran per 1.000 penduduk.
“Hasil SDKI ini membuka mata kita, tapi kita jangan berkecil hati. Ini harus mampu membangkitkan create sense of crisis. Masalah ini harus jadi tanggung jawab semua, bukan hanya pada BKKBN,” kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboy, usai pembukaan Rakernas Pembangunan Kependudukan dan KB Tahun 2013 dikutip UCN.
Menkes mengatakan, tingginya angka kelahiran di kalangan remaja akan berdampak terhadap angka kematian ibu dan bayi.
Kelahiran yang terjadi pada usia terlalu muda atau juga pada usia terlalu tua bisa berisiko sangat tinggi.
“Sekarang bagaimana mendorong agar usia di bawah 20 tahun menunda kelahiran anak sampai usia mapan,” kata Menkes.
Plt Kepala BKKBN Sudibyo Alimuso menegaskan, meningkatnya angka kesuburuan pada usia remaja yang ditandai dengan peningkatan ASFR adalah tantangan berat.
Oleh karena itu, kampanye peningkatan pendewasaan usia pernikahan dan menurunkan angka fertilitas remaja harus dilakukan demi mencegah perkawinan usia dini.
BKKBN akan melakukan kampanye kesehatan reproduksi ke sekolah-sekolah hingga SMP.
“Mulai tahun ini BKKBN akan membangun pusat informasi dan konseling hingga SMP,” katanya.
Selain tingginya kelahiran pada remaja, Sudibyo menjelaskan, hasil SDKI juga menunjukkan program KB belum sesuai target. Target indikator TFR sebesar 2,1 pada 2014 masih tercapai 2,6 tahun 2012.
Target angka pemakaian kontrasepsi (CPR) sebesar 65 persen tahun 2014 baru tercapai 57,9 persen, sedangkan target unmet need sebesar 5 persen tahun 2014 hanya dicapai 8,5 persen tahun 2012.
Sementara itu Menko Perekonomian Agung Laksono menegaskan, tingginya hasil SDKI merupakan tugas berat dan tantangan, tidak hanya bagi BKKBN, tapi juga pemerintah pusat dan daerah. Semua lembaga lintas sektoral harus dalam koordinasi kuat untuk mengambil kebijakan nyata.
“Indonesia diprediksi menjadi salah satu negara yang kuat perekonomiannya. Karena itu, harus disiapkan manusia yang berkualitas, tangguh, dan berdaya saing sejak dini. Program Kependudukan dan KB paling berperan untuk mencapai manusia yang berkualitas,” kata Menko.*