Hidayatullah.com—Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan mengatakan, adanya desas-desus imigran Syiah membuat umat Islam di Kota Minyak ikut cemas.
Pernyataan ini disampaikan Sekretaris MUI Kota Balikpapan, Drs. HM. Jaelani mengungkapkan situasi kondusif kota Balikpapan yang mulai terusik dengan hadirnya imigran Syiah asal Afghanistan.
“Saat ini pemerintah Balikpapan telah ikut terlibat membicarakan masalah ini, begitu juga anggota DPR dan tokoh-tokoh Islam. Apalagi, sekarang broadcast-broadcast di BBM beredar kemana-mana itu ngeri-ngeri juga. Saya bilang ngeri juga ini. Balikpapan didatangi pengungsi syiah,” ujar Jaelani kepada Fajar, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) pada Kamis, (11/12/2014).
Meski demikian, Jaelani mengaku belum mendapatkan data terkait imigran Syiah di Kota Balikpapan.
“Soal ada (imigran Syiah, red) yang datang ke sini, kita juga baru berbagi informasi saja. Saya kurang tahu hasil pertemuan dengan Komisi I DPRD Baikpapan. Begitu data sudah lengkap nanti ekspos di depan semua pengurus MUI biar tahu kan, nanti kita agendakan,” tambahnya.
Berdasarkan penelusuran Tim JITU di Balikpapan, ada sekitar 300 pengungsi dan pencari suaka di Kota Minyak ini. Sebanyak 129 imigran asal Pakistan dan Afghanistan berada di Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi) Lamaru, sementara sisanya ditampung di Rumah Dinas Kepala Imigrasi Balikpapan di Klandas.
Jaelani yang merupakan warga kelahiran Balikpapan ini menambahkan, dirinya belum melihat ada aktivitas yang mencurigakan para imigran Syiah itu.
“Saya ini tiga malam ini datang terus ke imigrasi (di Klandas, red )saya ngelihatin, saya kan ngajar dekat situ, pulang ngajar saya lihatin,
mereka kan duduk-duduk aja disitu, main ponsel di situ, belum pernah saya melihat ada aktivitas (mencurigakan, red) di situ, ungkap Jaelani.
Namun, menurut sumber JITU di lapangan, para imigran yang berasal dari Afghanistan menurut dokumen UNHCR. Mereka terang-terangan mengaku bahwa mereka beragama syiah.
Pada Bulan Muharram lalu, para imigran Syiah ini meminta secara resmi untuk mengadakan ritual kaum syiah, Asyura di lapangan depan Rudenim yang lebih luas. Tetapi permintaan itu tidak dikabulkan oleh pihak yang berwenang.
Meski tak diizinkan, para imigran syiah itu tetap melaksanakan ritual Asyura.*/ Fajar (Jitu)