Hidayatullah.com—Sebanyak 12 calon pengantin dinikahkan dalam sebuah acara “Walimah Mubarakah” pada hari Ahad, (01/11/2015), di Pondok pesantren Hidayatullah, Jalan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar.
Pernikahan mubarakah ini terlaksana setelah pasangan mendapatkan pembekalan dan melewati masa karantina selama 1 minggu.
Hadir dalam acara terebut pembina Hidayatullah Makasar, Abdul Aziz Qahhar. Dalam sambutannya Abdul Aziz menyampaikan santri Hidayatullah adalah orang yang mewakafkan diri untuk perjuangan di jalan Islam, orang yang tidak sibuk mencari duit untuk kekayaan pribadi. Karena itu, pernikahan di pondok pesantern Hidayatullah adalah pernikahan perjuangan dan berkah untuk mencari ridhoi Allah ta’ala.
“Pernikhan ini, antara santri putra dan putri, sebelumnya tidak berkenalan, kita menjaga hijab sedemikian rupa, dan kita berupaya di pondok pesantren ini, santrinya tidak perlu mencari-cari sendiri, dipercayakanlah kepada ustadz, panitia untuk bermujahada dan istikharah untuk mencocokan. Itu hanya mujahadah saja sebab pada akhirnya jodoh tetap takdir Allah,” jelas Aziz.
Aziz juga menyampaikan, “Pernikahan Mubarakah” ala Hidayatullah tetap sesuai dengan tuntutan syariah.
“Bagaimana menjadi tuntutan syariah, memudahkan urusan pernikahan, sesuatu yang sanagat di berkahi adalah orang yang memudahkan pernikahan.”
Kepada tamu, Aziz mengajak mendoakan, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah (Samara), melahirkan generasi yang shaleh serta menjadi pejuang peradaban Islam.
“Mari memberikan dukungan doa, semoga pernikahan ini diberkahi, menjadi keluarga Sakinah mawaddah warahma (Samarah) menjadi pejuang Islam,” tandasnya.
Sebelumnya Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal atau biasa disapa dengan Daeng Ical, sempat hadir sebagai saksi pernikahan 12 pasang pengantin tersebut.
Menurutnya Ical, perisiwa ini merupakan contoh walimah yang baik.
“Kita berharap ini juga, paling tidak bisa memberikan keseimbangan pemahaman kepada masyarakat bahwa yang hakikatnya yang seperti inilah dalam proses walimah untuk menciptakan sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah,” ujar Daeng Ical.
Tidak seperti biasanya hubungan remaja di Indonesia, 12 pasangan pengantin ini sebelumnya tidak saling kenal, kecuali menjelang ta’aruf.*/Ridwan (Makasar)