Hidayatullah.com–Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat enggan dicap lalai dalam mengontrol peredaran Minuman Keras (Miras) ilegal di Sulselbar, pasca terjadinya kasus pembunuhan bocah berusia 6 tahun oleh ayah kandungnya sendiri di Tamanlarea Makasar Sulsel, usai berpesta Miras.
Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Frans Barung Mangera mengklaim, upaya-upaya menertibkan penjualan dan peredaran Miras ilegal sudah kerap dilakukan petugasnya.
“Sudah kita intensifkan razia, pedagang-pedagang ballo (Miras khas Sulawesi) sudah tidak ada lagi,” beber Frans, Kamis (5/05/2016).
Frans Mengakui, upaya merazia Miras ilegal tersebut memang belum sepenuhnya berhasil. Dikatakan Frans, pihaknya kini mengalami kesulitan mengontrol peredaran Miras, karena para pedagang Miras kini menjual barang haram tersebut secara diam-diam.
“Nah yang ada, dari kios per kios ini berjanji di tempat-tempat tertentu untuk melakukan pesta Miras ini,” terang Frans.
Sebelumnya diberitakan, pesta Miras di Tamanlarea Makasar Sulsel mengakibatkan seorang buruh serabutan tega menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri dengan cara sadis. Akibat tindakan bejat sang Ayah, AM 6 tahun mengalami luka parah di bagian kepala, setelah dihantam tabung elpiji berukuran 3 KG oleh bertubi-tubi.
J, pelaku pembunuhan mengaku aksi tersebut dilakukan akibat pengaruh Miras.
Diakui Frans, Peredaran Miras di wilayah sulawesi selatan dan barat tidak mungkin 100% dihilangkan, karena secara perundang-undangan, penjualan dan peredaran Miras diperuntukkan di tempat-tempat tertentu, seperti hotel.
“Bukan dihilangkan, tetapi dikontrol. karena UU sendiri membolehkan di tempat-tempat tertentu seperti di hotel, misalnya di pariwisata-pariwisata tertetu, daerah Bali,” tuturnya.
Polda Sulselbar tak luput menghimbau masyarakat, agar menjahui kebiasaan atau budaya meminum Miras yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Dikatakan frans, mabuk-mabukan akan menghilangkan nalar atau kesadaran seseorang yang bisa berdampak pada lahirnya perbutan kriminal.
“Minuman keras ini sangat mempengaruhi untuk melakukan tindakan-tindakan irasional, emosi kita meningkat,” himbau Frans.*