Hidayatullah.com–Meski Umat Islam sebagai Umat terbaik (khairu ummah) namun dalam kehidupan di masyarakat belum bersaing dengan Umat atau kelompok yang lain. Hal ini salah satunya karena masih adanya sikap mental enggan menjadi pribadi pembelajar. Selain itu masih adanya sikap hanya rasa bangga dengan sebutan semata tanpa ada karya nyata.
Demikian disampaikan Dr.KH.Engkos Kosasih, usai dilantik sebagai Ketua Umum Pengurus Wilayah Persatuan Umat Islam (PW PUI) Jabar di Bandung, Ahad (26/6/2016). Ia menambahkan seharusnya sebutan atau predikat tersebut menjadi pemicu semangat Umat Islam dalam berkarya dan beramal shaleh.
“Jangan malah meninabobokan sementara yang lain justru kian maju dan berkembang,”ujarnya kepada hidayatullah.com.
Terkait dengan predikat sebagai Umat terbaik menurut Engkos minimal Umat Islam harus memiliki tiga tekad dasar yakni menjadi pribadi yang unggul, mandiri dan bermartabat. Ia menambahkan ditengah persaingan yang semakin ketat maka Umat Islam juga dituntut harus memiliki keunggulan dalam segala bidang sehingga mempunyai daya saing yang kompetitif.
“Kita jangan terbuai misalnya dengan sebutan negeri muslim terbesar di dunia. Ini bagus tapi kalau kalau kita tidak mempunyai keunggulan kompetitif maka kita hanya menjadi sasaran pasar saja, “jelas dosen Ilmu Hadits pada Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung ini.
Kedua adalah Umat Islam harus memiliki sikap dan mental kemandirian. Dalam hal ide, sambungnya seorang atau kelompok muslim harus memiliki kreativitas serta originalitas karya dan tidak melakukan plagiasi. Tak kalah pentingnya menurutnya adalah kemandirian dari segi financial dengan mengaktifkan sendi-sendi ekonomi yang dimiliki Umat.
“Umat Islam harus mampu menciptakan peluang-peluang serta menggerakan roda ekonomi berbasis ekonomi keUmatan baik bersifat lokal maupun global. Bantuan atau pemberian dari pihak lawan atau kelompok pembenci Islam hanya akan membuat kita tersandera kepentingan,”tambahnya.
Sementara yang ketiga adalah Umat harus bermartabat dimaksudkan segenap potensi yang dimiliki Umat Islam harus mampu menghadirkan serta mewujudkan hasil karya bagi Umat, bangsa dan Negara dengan membawa nilai yang bermartabat baik dari sisi kemanusiaan maupun bermartabat dari sisi agama. Hal ini menjadi penting agar karya nyata dan kiprah Umat Islam dalam masyarakat bukan sekedar diukur dari sisi duniawi semata namun juga harus berorientasi pada kepentingan ukhrowi (akhirat).
“Martabat bisa bermakna kita harus mempunyai harga diri (izzah) dengan tidak mengemis kepada pihak lain apalagi hanya urusan dunia,”sambungnya.
Untuk itu ia mengajak kaum muslimin untuk membangun ukhuwah dan saling bersinergi sehingga kekuatan dan keunggulan Umat Islam akan terbangun dan sejarah emas Umat Islam yang gemilang akan terulang. Dengan demikian kejayaan tersebut bukan hanya cerita masa lalu melainkan bisa dinikmati generasi saat ini maupun yang akan datang.
Terkait hal tersebut PUI sendiri tengah mempersiapkan beberapa langkah strategis maupun praktis yang akan dilakukan selama kepemimpinannya. Dari segi pendidikan PUI sendiri akan segera membuka Universitas Halim Sanusi sesuai dengan nama pendirinya. Diharapakan kehadiran lembaga pendidikan tersebut mampu melahirkan kader-kader umat Islam khususnya dalam lingkungan PUI yang unggul, mandiri dan bermartabat.
“Izinnya sendiri sudah keluar, insya Allah mulai tahun depan kita akan buka penerimaan mahasiswa baru. Lokasinya sementara ada di tiga tempat yaitu Bandung, Cirebon dan Sukabumi,”pungkasnya.*/Abu Luthfi Satrio