Hidayatullah.com– Sebanyak dua belas orang santri Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al Hilaliyah Muarasala di Kecamatan Ulupungkut, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, meninggal dunia akibat diterjang banjir bandang, Jumat (12/10/2018).
Parluhutan, guru madrasah tersebut yang juga sebagai P3N pada Desa Muarasaladi, di lokasi banjir bandang mengatakan, banjir bandang ini berasal dari Sungai Aek Saladi.
Kejadian berlangsung pada saat para santri sedang belajar di madrasah tersebut. Tepatnya beberapa saat setelah para santri memasuki ruang belajar/kelas. Setelah selesai melaksanakan shalat fardhu ashar berjamaah di Masjid Al Ihsan yang berada persis di samping madrasah, yang berjarak sekitar 2 meter, sekitar pukul 16.30 WIB.
“Pada saat berlangsung proses belajar mengajar, tiba-tiba datang suara gemuruh dan air bah yang cukup besar dan dahsyat dengan membawa dan menghanyut kayu-kayu besar, batu/material besar, lumpur menghantam bangunan SD dan madrasah terlebih dahulu, dengan hantaman yang cukup kuat,” katanya laman resmi Kementerian Agama Sumut.
Baca: Banjir dan Longsor Sumut-Sumbar, 22 Orang Meninggal termasuk 11 Murid Madrasah
Mendengar air bah yang cukup besar dan deras serta hantaman yang cukup kuat ke bangunan madrasah, membuat para guru dan santri kaget, histeris, dan menangis serta berteriak minta tolong, sambil berucap “Allahu Akbar, toloonggg,” dari bibir para santri. Para guru pun berusaha keras melindungi dan menyelamatkan para santri dari hantaman banjir bandang tersebut, lanjutnya sambil meneteskan air mata tanda kesedihan.
Parluhutan, masih dengan linangan air mata, kembali menceritakan bahwa dirinya bersama guru lainnya, Akhyar yang juga Penyuluh Agama Islam Non-PNS pada KUA Kecamatan Ulupungkut, hanya bisa menyelamatkan 17 orang santri, dari 29 orang santri yang belajar pada saat kejadian tersebut.
“Sebanyak 12 orang santri tak bisa kami selamatkan, mereka dihantam air bah. Mereka santri-santri yang baik, mereka penerus agama di kampung ini, mereka adalah fi sabilillah yang berusaha berjuang menuntut agama Allah. Mereka punya cita-cita besar ingin mengangkat derajat dan martabat keluarga dan agama Islam,” katanya dengan berlinang air mata.
Sementara itu, Kepala Desa Muarasaladi Armen Rahmad Hasibuan menyampaikan, dengan dibantu oleh tim SAR beserta TNI-Polri, ASN Pemkab dan Kemenag beserta masyarakat lainnya, 12 orang santri dapat ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Sebagian tertimbun oleh lumpur, sebagian ditemukan di bawah kayu besar dan batu.
Para santri yang menjadi korban yang meninggal dunia adalah; Isroil umur 12 tahun, Dahleni umur 10 tahun , Apsoh (9 tahun), Ahmad Idan (9 tahun), Ahmad Isnan (11), Mhd Riyan Syahputra (9), Tiara (11), Masitoh (12), Alpi Sahri (11), Aisyah Aini (13), Sohipah (10), dan Mutiah (11).
Sedangkan para santri yang selamat yaitu; Adawiyah umur 9 tahun, Nabila (9 tahun), Putri (9), Khoirunnisa (10), Anna Sofa (10), Mujibur Rohman (10), Jufriadi (10), Risdah (11), Haddin (11), Raihansyah (11), Solehuddin (11), Jibril Soikani (11), Sulton (11), Sobbiah (12), Lusiana (12), Abel (12), dan Tasya Amelia (11).
Kepala Sub Bagian Tata usaha Kemenag Mandailing Natal, Irfansyah Nasution, yang didampingi Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Asrin, memberikan ucapan takziyah kepada para keluarga korban agar kuat, sabar, dan tabah dalam menghadapi musibah ini.
Irfansyah Nasution menyampaikan, para santri ini termasuk husnul khatimah karena mereka dipanggil Allah dalam keadaan fi sabilillah menuntut ilmu. Apalagi ke-12 santri ini masih anak-anak belum baligh, mudah-mudahan menjadi pelita dan penolong bagi orangtuanya di akhirat nantinya.*