Hidayatullah.com– Amerika terkesan memaksakan kehendaknya terhadap negara berkembang terkait pemahaman soal lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT). Demikian kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Dadang Hawari.
Contohnya, kata dia, ‘kitab’ Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang disusun oleh American Psychiatric Association (APA) yang menyebut homoseksual bukan suatu gangguan mental atau kejiwaan.
“Kalau mau merujuk ke APA, silakan! Tapi yang benar yang mana. Masalahnya, ini membuat seolah-olah menjadi text book seluruh dunia, padahal banyak juga yang tidak sependapat,” ujarnya di Sekretariat Gerakan Indonesia Beradab (GIB), Pejaten, Jakarta, Rabu (23/03/2016).
“Jadi, Amerika soal LGBT jangan memaksakan negara lain!” tambahnya. [Baca: Sampaikan Permohonan Maaf, Dr Fidiansjah Teguh Jika Homoseksual Gangguan Jiwa]
Ia menjelaskan, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang dipakai di Indonesia memang disusun mengikuti seperti Amerika. Namun, muatannya disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.
“Cocok atau tidak? Oleh karena itu, PPDGJ masih mengatakan homoseksual masuk ke dalam gangguan kejiwaan, tepatnya ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan),” tukasnya.
Prof Dadang mengungkap, semenjak Amerika melegalkan perkawinan sejenis, komunitas LGBT di Indonesia merasa mendapat angin segar. Padahal, terangnya, kondisi di Amerika belum tentu sesuai dengan nilai dan budaya masyarakat Indonesia.
Selain itu, mengutip pernyataan Menteri Pertahanan, ia menegaskan, propaganda LGBT di Indonesia merupakan bagian dari proxy war (perang dengan menggunakan kekuatan ketiga).
“Jadi, kalau LGBT berkembang, Amerika tidak perlu mengalahkan Indonesia dengan kekuatan militer,” pungkasnya.*