Hidayatullah.com– Krisis yang terjadi di Timur Tengah, khususnya merenggangnya hubungan diplomatik sejumlah negara Teluk dengan Qatar, berdampak bagi Indonesia. Demikian menurut Chairman Center for Islamic Studies in Finance, Economics, and Development (CISFED), Farouk Abdullah Alwyni.
Ia mengatakan, berlarut-larutnya krisis politik di antara negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) di Timur Tengah, akibat Arab Saudi dan sekutunya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, dikhawatirkan akan berdampak ke negara-negara lain.
“Tidak terkecuali dengan Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan semua negara-negara di Timur Tengah yang sedang berkonflik tersebut,” ujar Farouk di Jakarta baru-baru ini.
Baca: CISFED: Indonesia Harus Berperan Aktif Mendorong Penyelesaian Krisis Qatar
Menurut Farouk, posisi Indonesia dilematis dalam menghadapi krisis diplomatik terkait pengucilan Qatar oleh sejumlah negara Arab.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, kata dia, Indonesia memiliki hubungan baik dan potensi kerja sama investasi serta perdagangan dengan seluruh negara-negara Muslim di kawasan Teluk, baik Qatar maupun Arab Saudi.
Di Indonesia, Qatar memiliki sejumlah investasi seperti di bidang keuangan perbankan melalui Qatar National Bank (QNB). Di sektor komunikasi, investasi Qatar lewat kepemilikan saham di Indosat Ooredoo. Selain itu, lembaga sosial di Qatar juga aktif mengucurkan dana bantuan ke Indonesia, termasuk untuk bencana Tsunami di Aceh pada 2004 lalu. Dana bantuan dari lembaga sosial di Qatar disalurkan melalui Qatar Charity sejak 2005.
Baca: Bachtiar Nasir Dukung Indonesia Menjadi Inisator Dialog Konflik Qatar
Sejatinya, menurutnya, Qatar juga menjadi salah satu negara tujuan bagi buruh migran Indonesia, terutama yang bekerja di sektor domestik, konstruksi, pertambangan, dan jasa.
“Bedanya, jumlah pekerja yang tergolong profesional dan semi skilled adalah cukup banyak,” imbuh Farouk melalui siaran persnya diterima hidayatullah.com.
Berdasarkan data KBRI Doha, ungkapnya, ada sekitar 30.000 WNI di Qatar, dengan sebaran sekitar 9.600 domestik, sekitar 13.500 lebih profesional, semi skilled, dan keluarga, sedangkan sisanya lain-lain (tidak mencantumkan pekerjaan). Data Migrant Care menyebutkan, terdapat 75.000 orang buruh migran asal Indonesia di Qatar.
Ia mengatakan, selama ini hubungan Indonesia dengan Qatar berjalan baik. Jika dibandingkan dengan negara Timur Tengah lainnya, investasi Qatar di Indonesia terbilang paling besar.
Mengutip data Kementerian Perindustrian ia menyebutkan, perdagangan Indonesia dan Qatar meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 3,8 persen per tahun. Di tahun 2011, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$683 juta dan hingga September 2016 meningkat menjadi US$828 juta. Ekspor produk Indonesia ke Qatar di antaranya kayu, furnitur, otomotif, dan tekstil.
“Dengan kondisi demikian, maka dampak krisis politik di Qatar sedikit banyak berpengaruh terhadap Indonesia, meski untuk saat ini belum begitu signifikan. Perlu dicatat, Qatar memiliki komitmen investasi baru bersama Pemerintah RI senilai US$ 1 miliar di Indonesia lewat Qatar Investment Authority,” jelas Farouk.*