Hidayatullah.com–Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, masalah pendidikan dan perkembangan anak menjadi salah satu tantangan orang tua saat ini.
Apalagi, terangnya, kebanyakan orang tua biasanya mendidik dengan merujuk pada pengalamannya dulu dididik.
“Itu yang dipegang,” ujarnya pada Kongres Keluarga Indonesia ke-2 yang diselenggarakan Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS di Hotel Aston Priority Simatupang, Jakarta, Kamis (21/12/2017).
Padahal, jelasnya, perkembangan saat ini sudah luar biasa berubah. Ia menyebut, anak-anak sekarang hidup di abad 21, guru dan orang tuanya abad 20, sedangkan sekolahnya abad 19.
“Itu kenyataan yang ada di depan kita. Bahkan banyak sekolah yang sangat lama mengadopsi perubahan,” ungkapnya.
Baca: Anies Baswedan: Pendidikan Kreativitas Mampu Menjawab Tantangan Global
Karena itu, pesan Anies, perlunya menjadi orang tua yang terdidik, tidak mesti bergelar, untuk menghadapi tantangan mendidik anak pada zaman hari ini.
Anies menerangkan, bahwa perkembangan ilmu neurosains telah membuka kesadaran baru tentang rahasia kerja otak, dan membuka pola asuh yang tepat bagi anak. Pola asuh mana yang sudah tidak lagi relevan, teknik pendisplinan apa yang bisa digunakan dan teknik pendisiplinan apa yang tidak perlu lagi digunakan.
“Tapi di sisi lain orang tua menghadapi kecemasan karena terlalu banyak informasi dan gagasan tentang bagaimana cara mendidik anak. Buka google keluar semuanya, terus mana yang harus dipakai,” imbuhnya.
Anies menegaskan, sejatinya tidak ada satu model yang bisa dipakai semuanya. Namun sesungguhnya anak lahir sebagai pembelajar dan insting awalnya belajar.
“Tanggunjawab orang tua jangan mematikan karakter belajar itu, tapi justru harus menumbuhkan,” tandasnya.
Anies Baswedan mengatakan, persoalan keluarga adalah masalah mendasar dalam pembangunan negara. Karenanya ia mengapresiasi PKS yang fokus kepada persoalan itu dengan mengeksplisitkan bidang perempuan dan ketahanan keluarga (BPKK).
“Ini satu pernyataan penting yang kita di Indonesia kadang-kadang tidak menyadari soal keluarga harus ada keterlibatan dari pemerintah,” ujarnya.
Karenanya, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini bercerita, ketika memimpin di Kemdikbud dulu, salah satu perombakan yang dilakukannya adalah mendirikan Direktorat Pendidikan Keluarga.
“Itu sempat ramai, karena membuat direktorat baru, dan banyak menganggap keluarga bukan urusannya Kemdikbud. Bahkan banyak yang merasa negara tidak perlu turut campur dalam persoalan keluarga,” ungkapnya.
Padahal, kata Anies, di negara lain yang maju sudah menyadari lebih awal pentingnya persoalan keluarga dan bahkan ada yang membentuk kementerian urusan keluarga.
“Karenanya kalau PKS punya bidang ketahanan keluarga ini sudah in line,” pungkasnya mengapresiasi.*