Hidayatullah.com– Pemerintah akan segera merealisasikan wacana rektor asing memimpin perguruan tinggi di Indonesia. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan akan menempatkan rektor asing di perguruan tinggi swasta.
Menurut Nasir, latar belakang kebijakan ini karena pemerintah ingin membangun iklim yang kompetitif atau meningkatkan daya saing di perguruan tinggi.
Ia berharap dengan adanya rektor asing, dapat meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing di tingkat Internasional.
Di samping itu, Nasir berharap mahasiswa yang datang bukan hanya mahasiswa dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri.
Baca: Legislator: Kita Ingin Kuatkan Nasionalisme, Kok Impor Rektor
Disebutkan bahwa kebijakan tersebut akan dimulai pada tahun 2020. Ditargetkan, dalam 5 tahun ke depan akan ada rektor asing di sejumlah universitas.
Profesor Jang Youn Cho, rektor asing pertama yang akan memimpin Institut Pendidikan Siber Indonesia. Cho adalah mantan Rektor Fakultas Siber dan Program Pascasarjana di Universitas Hankuk, Korea Selatan (Korsel).
“Dia juga pernah menjadi guru besar di Amerika Serikat selama 15 tahun,” sebut Nasir kutip INI-Net di Jakarta, Kamis (29/08/2019).
Nasir juga mengatakan, perguruan tinggi harus memperkuat inovasi, meningkatkan daya saing, serta harus bekerja sama dalam tim.
Baca: Komisi X DPR: Urgensinya Apa Mendatangkan Rektor Asing
Sebelumnya, diberitakan hidayatullah.com, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih turut mengkritik wacana pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) yang akan mendatangkan (impor) rektor asing.
Impor rektor untuk memimpin di sejumlah perguruan tinggi dalam negeri Indonesia dinilai telah menodai prestasi para akademisi sekaligus tak menghargai Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa sendiri.
Fikri mempertanyakan, dampak negatif globalisasi saja belum mampu diatasi, mengapa pemerintah menambah persoalan baru dengan mengimpor rektor asing. Itu sangat ironis.
Legislator dapil Jateng IX ini melihat, banyak ironi di balik kebijakan Menristekdikti yang mengusulkan rektor asing bisa memimpin perguruan tinggi Indonesia.
Baca: Pengamat Nilai Lebih Baik Berdayakan Putra Bangsa daripada Impor Rektor
Bukankah, ungkapnya, pemerintah mengakhawatirkan intervensi asing. Mengapa justru mendatangkan rektor asing yang membuka kemungkinan intervensi tersebut.
“Kita mengkhawatirkan intervensi asing di era sekarang, malah kita impor rektor. Kita ingin menguatkan nasionalisme, jawabannya kok impor rektor. Bahkan, kita mencurigai dosen, mahasiswa, dan semua civitas academika kita sendiri dengan melakukan screening dari ideologi asing, kok, malah kita longgar dengan warga asing yang jelas mereka tak akan bisa menanamkan nilai-nilai ideologi negara kita,” ungkapnya, Kamis (08/08/2019).*