Rabbi Yahudi menulis, tak sampai dua minggu lagi, Barrack Obama akan disumpah. Ia yakin, kebijakan standar ganda pada Israel tetap sama
Hidayatullah.com—Seorang Rabbi Yahudi ,Marvin Hier, menulis di media massa Amerika, the Wall Street Journal,(8 Januadi 2009). Dalam tulisan bertajuk, “The Jews Face a Double Standard” (Yahudi Menghadadi Doble Standar) mengatakan, meski kepemimpinan Amerika akan segera berganti, dirinya yakin, kebijakan terhadap negara Israel tidaklah berubah.
Dalam tulisannya, Marvin Hier banyak membela Israel dan mengajak membenci Hamas.
“Gencarnya gelombang protes di seluruh dunia atas penyerangan Israel ke Gaza penuh dengan nuansa kebencian sehingga menimbulkan ketakutan tersendiri dalam diri saya bahwa sesungguhnya semua protes ini tidak begitu ada kaitannya dengan reaksi Israel yang dianggap tidak proporsional atas roket-roket Hamas ataupun jatuhnya korban dari kalangan warga sipil.”
“Banyak orang bertanya mengapa korban dari pihak Israel cuma sedikit dibandingkan dengan korban mati dari pihak Palestina. Hal itu dikarenakan Israel selalu mendahulukan keamanan dan keselamatan warga negaranya sehingga ada banyak tempat perlindungan dan system peringatan di kota-kota Israel. Jika Hamas dapat menggali terowongan, seharusnya mereka juga dapat membangun tempat perlindungan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya karena Hamas lebih memilih untuk memanfaatkan wanita dan anak-anak sementara para pemimpinnya malah bersembunyi,” ujar Hier membela diri.
“Lalu tiba-tiba ada tuntutan untuk gencatan senjata. Permintaan ini dengan enaknya dijadikan sebagai resep untuk mengatasi semua kemelut ini. Hamas akan menggunakan waktu gencatan senjata dengan mempersenjatai diri lagi dan menyelundupkan senjata yang lebih mematikan sehingga untuk selanjutnya Hamas tidak lagi hanya menyerang Sderot dan Ashkelon namun Tel Aviv dan Yerusalem yang akan dijadikan target,” tulisanya.
Sebagai keturunan Yahudi, Marvin Hier cukup meraskan dampak bahaya baik masa sekarang dan masa depan akan keberlangsungan Yahudi dan Negara Israel akibat serangan ini.
“Kekhawatiran saya adalah apabila kemarahan yang kita lihat pada para demonstran yang berdemo di jalan-jalan itu sesungguhnya jauh lebih besar dan berbahaya daripada yang terlihat di permukaan saja. Banyak orang di seluruh dunia, bahkan setelah era Auschwizh, yang tidak bisa menerima bahwa Negara Yahudi pun juga mempunyai hak yang sama sebagaimana Negara-negara lain di dunia. Tuntutan para demonstran ini memaksa Israel untuk menerima resiko yang bahkan hal seperti ini tidak pernah berani mereka katakan pada Negara lain. Resiko yang mereka tuntutkan ini mengancam keberlangsungan Negara Israel sendiri karena mereka tidak ingin Israel tampil sebagai Negara nomor satu,” tulisnya.
Gara-gara serangan ini, tulis Hier, banyak institusi, lembaga dan hal-hala berkaitan dengan Yahudi menjadi sasaran amuk massa.
“Lihat saja betapa banyaknya serangan yang ditujukan kepada kaum Yahudi maupun institusi Yahudi di seluruh dunia terutama pada minggu-minggu ini. Sebuah mobil menabrak sinagog di Perancis, Chabad Menorah dan took-toko milik orang Yahudi diberondong dengan senjata swastika di Swedia, spanduk demonstrasi di Australia menuntut “Hancurkan Zionis terkutuk dari muka bumi!”, para demonstran di Belanda menyanyikan lagu “Bunuh dengan racun para Yahudi”; dan di Florida para demonstran menuntut kaum Yahudi “dimasukkan ke dalam perapian agar terbakar!”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Mengakhiri artikelnya, Hier yang juga seorang pendiri Simon Wiesenthal Center and its Museum of Tolerance mengatakan, “Tidak sampai dua minggu lagi, Barrack Obama akan disumpah menjadi presiden Amerika. Tetapi tidak ada ‘perubahan yang bisa kita percaya’ di Timur Tengah, terutama yang berkaitan dengan Israel. Standard ganda terus diterapkan terhadap Negara Israel yang mana hal ini membuktikan bahwa ternyata dunia belum juga mengambil pelajaran dari perang dunia II. “ [wsj/ria/cha/hidayatullah.com]