Hidayatullah.com–Para pemuda yang merasa jengkel dengan pemanggilan yang dilakukan aparat keamanan otoritas di Tepi Barat menggalang aksi Facebook dengan slogan “Rakyat Ingin Hentikan Pemanggilan Interogasi.”
Sebagaimana dikutip Infopalestina, aksi ini memuat seruan supaya para pemuda yang dipanggil interogasi untuk tidak datang ke kantor aparat keamanan, juga komentar yang menegaskan bahwa mereka tidak akan datang. Para pemuda akademisi ini menyebarkan surat pemanggilan di halaman Facebook dan menyetempelnya dengan kalimat ( Tidak Akan), sementara lainnya melampirkan surat pemanggilan dan mengomentarinya bahwa mereka tidak nyaman dengan pemanggilan ini, dan menyerukan kepada pihak penandatangan rekonsiliasi untuk memperhatikan penderitaan mereka.
Seorang mahasiswa politeknik Palestina, Muhanda Haimuni asal Hebron menyatakan, ia mendengar tentang rekonsiliasi dan seharusnya ia merasakan suasananya.
Haimuni menegaskan tidak akan datang ke kantor intelijen. Dengan tegas ia mengumumkan menggunakan empat bahasa: Arab, Inggris, Prancis dan China, bahwa ia tidak akan pergi. Ia ingin hidup stabil seperti warga lainnya.
Mengomentari aparat intelijen, ia menyatakan, “Kalian tahu rumahku, siapa yang ingin bertemu denganku, datanglah kesini. Aku menolak datang seperti kambing yang dicokok hidungnya.”
Sejumlah pemuda lainnya menulis di laman mereka, “Tidak ada kehidupan kecuali dengan kemuliaan.”
Para pemuda menolak tunduk terhadap pemanggilan interogasi, dan mengumumkan tidak akan mendatanginya, seperti yang dilakukan Muhannad dan kawannya, Abdurahman Hindih.
Para aktifis Facebook memasang poster aparat keamanan yang sedang menangkapi para aktifis Hamas. Juga ditulis bahwa penangkapan politik bisa menghancurkan rekonsiliasi.
Komite Keluarga Tawanan Polityik di Tepi Barat menuntut supaya menghentikan pemanggilan interogasi terhadap para kader Hamas, mereka menegaskan bahwa pemanggilan ini bertolak belakang dengan spirit rekonsiliasi.
Para pemuda Palestina yang dipanggil baru-baru ini menegaskan bahwa aparat intelijen dan preventif pada pekan lalu menggunakan telephone untuk memanggil para pemuda supaya datang ke kantor mereka.
Ayah dari seorang mahasiswa (SA) menegaskan, aparat intelijen memanggil anaknya beberapa kali lewat telephone seluler, namun ia tidak ingin menyampaikan hal itu, sebab pada pekan ini anaknya akan mengikuti ujian akhir.
Ia menyebutkan bahwa pihak intelijen terus memastikan supaya anaknya hadir pada Kamis mendatang.
Seorang warga lainnya (YQ) yang berprofesi sebagai sopir taksi menegaskan, aparat preventif memanggilnya sebanyak tiga kali setelah penandatanganan rekonsiliasi. Juga memanggil saudaranya untuk interogasi. Ia menyebutkan bahwa pertanyaan terfokus seputar pemilu mendatang dan dukungan terhadap rekonsiliasi dan partisipasi dalam aksi massa yang terjadi di Tepi Barat. *