Hidayatullah.com–Awal pekan ini, seorang wanita ‘Israel’ Noam Gur, 18, mempublikasikan penolakannya atas perintah wajib militer yang dilayangkan kepadanya. Gur mengatakan, “Saya menolak untuk ambil bagian dalam militer ‘Israel’ yang (bahkan sejak didirikan) selalu berusaha mendominasi bangsa lain, melakukan penjarahan dan menteror penduduk sipil yang berada di bawah kontrolnya”.
Kontributor laman Electronic Intifada, Jillian Kestler-D’Amours mewawancarai Gur terkait keputusannya ini. Berikut petikannya.
Jillian Kestler-D’Amours: Apa alasanmu menolak perintah pelayanan militer?
Noam Gur: ‘Israel’, sejak awal didirikan, telah terlibat dengan banyak peperangan dan perang terhadap kemanusiaan. Dari Nakba (peristiwa pengungsian 750 ribu warga Palestina pada tahun 1947-1948) sampai hari ini. Kita bisa melihat ini dalam pembantaian terakhir di Gaza, dalam kehidupan sehari-hari warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Kami juga melihat kejahatan perang ‘Israel’ ini dalam kehidupan warga Palestina yang selalu berada dalam ancaman ‘Israel’.
Saya tidak merasa perlu berada di tempat seperti itu. Saya kira, saya secara pribadi tidak akan bisa mengambil bagian dari semua kejahatan itu. Dan menurut saya, kita perlu mengkritisi kejahatan ini dan menyampaikan ke publik bahwa kita tidak akan mengambil bagian dalam militer selama mereka masih menjajah penduduk lain.
JKD: Kenapa kamu memilih untuk mempublikasikan penolakan ini?
NG: Sepuluh tahun lalu, ada sebuah gerakan penolakan dalam skala besar. Dan dalam dua atau tiga tahun terakhir ini, gerakan itu seperti hilang. Melalui tindakan yang saya lakukan ini, saya ingin memberitahu orang-orang bahwa gerakan ini masih eksis.
Selain itu, saya tidak mau hanya diam. Sejak saya berada di sekolah tingkat atas, saya selalu diam. Kami selalu membiarkan sikap kritis kami hanya diketahui oleh segelintir orang dan dunia tidak mengetahuinya, orang-orang Palestina juga tidak tahu. Walaupun saya tidak tahu apakah sikap saya ini akan mendatangkan perubahan, tetapi setidaknya saya mencoba membuat sebuah perubahan.
JKD: Apakah keluargamu ikut memengaruhi keputusan ini?
NG: Kedua orangtua saya bukanlah orang-orang politik. Ayah saya orang militer dan pernah mengambil bagian dalam perang di Libanon dan terluka di sana. Ibu saya juga orang militer. Kakak perempuan saya bekerja sebagai polisi perbatasan.
Saya kira, sejak saya berusia 15 tahun, saya mulai tertarik pada Nakba. Saya mulai banyak membaca tentang itu. Kemudian, saya membaca testimoni dari warga Palestina di Tepi Barat dan mantan serdadu. Saya mulai memiliki teman Palestina dan mulai mengambil bagian dalam unjuk rasa di Tepi Barat. Dan akhirnya saya melihat dengan mata saya sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Pada usia 16 tahun, saya memutuskan tidak akan bergabung dengan militer.
JKD: Apa reaksi yang kamu terima dengan mempublikasi penolakan ini?
NG: Kedua orangtua saya tidak mendukung. Tetapi biar bagaimanapun, ini opini saya dan sekarang saya sudah berusia 18 tahun. Saya tidak lagi kontak dengan teman-teman semasa sekolah tingkat atas dulu karena sebagian besar dari mereka bergabung dengan militer.
Saya menerima banyak feedback positif dalam beberapa hari terakhir ini. Tetapi saya juga menerima komentar-komentar negatif.
JKD: Bagaimana rasanya menerima komentar negatif?
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
NG: Hal itu justru membuat saya semakin meyakini keputusan saya. Saya semakin yakin bahwa keputusan ini benar dan saya tidak peduli bagaimana komentar orang nantinya.
JKD: Apa yang akan terjadi jika kamu telah menyerahkan secara formal surat penolakan itu?
NG: Pada 16 April, saya akan datang ke pusat perekrutan di Ramat Gan. Di sana, saya akan mendeklarasikan keputusan saya. Kemungkinan besar saya akan menerima hukuman antara seminggu sampai sebulan. Saya akan dimasukkan ke penjara wanita dan menunggu untuk dibebaskan. Setelah dibebaskan, saya harus pergi lagi ke Ramat Gan. Dan sekali lagi saya akan menerima hukuman antara seminggu sampai sebulan. Dan hal ini akan terus berlanjut sampai pihak militer memutuskan untuk berhenti.
JKD: Apa yang ingin kamu sampaikan kepada orang ‘Israel’ lainnya yang akan bergabung dengan militer?
NG: Saya rasa, penting bagi setiap orang untuk mengetahui apa yang ingin dilakukannya. Kebanyakan dari orang-orang berusia 18 tahun belum mengetahui apa yang mereka inginkan. Mereka juga tidak benar-benar tahu apa yang terjadi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.*