Hidayatullah.com–Mantan menteri perang zionis, Shaol Mofaz dalam keterangannya yang dirilis media zionis mengakui kegagalan agresi “Operation Protective Edge” dan kesuksesan perlawanan mendorong Israel kepada pertempuran besar, dan perang membuktikan bahwa Hamas berhasil mencapai tujuannya.
“’Operation Protective Edge’ tidak tercapai, sementara Hamas berhasil mencapai tujuannya dengan menyeret kami kepada pertempuran,” ujar Mofaz dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) dari koran Yahudi.
Mofaz menyebutkan, zionis merasakan kehilangan rasa aman yang makin mengkhawatirkan.
Realitas saat ini menegaskan bahwa warga kehilangan kepercayaannya, dan ini harus segera dikembalikan. “Operation Protective Edge” yang seharusnya mengembalikan kepercayaan rakyat dan keamanan bagi warga zionis, namun yang terjadi justru sebaliknya, warga zionis kehilangan kepercayaan dan rasa aman yang mengkhawatirkan.
Mantan menteri perang dan panglima militer zionis ini menyampaikan kritik terhadap pola pengelolaan agresi militer ke Gaza, menurutnya agresi terlambat dilakukan, sementara kita terlalu cepat meninggalkan Gaza, sementara tujuan belum tercapai, dan warga zionis di wilayah selatan kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan parlemen.
Desakan Mundur
Di dalam negeri, Israel masih terus diguncang masalah. Sebelum ini, anggota parlemen zionis, Ketua Fraksi Partai Buruh Eitan Cabel menyerang keras PM Benyamin Netanyahu atas kegagalannya melakukan agresi militer di Gaza. Ia bahkan dan menuntutnya untuk mundur dari jabatan perdana menteri.
Cabel menyerukan Netanyahu untuk mundur, guna menenangkan situasi di sejumlah pemukiman yang berbatasan dengan Gaza.
Dirilis radio zionis, Ahad (10/08/2014) Cabel mengatakan, rakyat zionis merasakan kebimbangan atas sikap dan tujuan Netanyahu, ada kesan kuat yang menyebutkan bahwa Netanyahu sendiri tidak mengetahui arah kebijakan yang diambilnya, pungkasnya.
Sementara itu, hari ke 35 penjajah Israel terus melanjutkan agresi militernya di Gaza setelah gencatan senjata 72 jam yang berakhir Jumat lalu, telah menelan korban jiwa sebanyak 1916 orang Palestina dan korban luka 9900 orang.
Mayoritas mereka adalah anak-anak, para wanita dan lansia, di samping ratusan rumah hancur, sejumlah masjid dan pabrik serta infrastruktur lainnya.*