Hidayatullah.com– Presiden konferesi Palestina – Eropa, Majid Al-Zeer, menegaskan adanya kudeta opini di atmosfir Eropa dalam menghadapi masalah Palestina, setelah tampak permusuhan Zionis terhadap Gaza dengan menyerang dan membantai secara biadab anak-anak dan warga sipil Palestina.
Dalam program “Lebih Mendalam” yang ditayangkan televisi Aljazeera Zer menyebutkan, hubungan Israel dengan Barat dan Eropa sangat kuat dan kental. Namun agresi terakhir mereka ke Gaza telah mengubah pandangan umum masyarakatnya. Agresi dinilai sangat berpengaruh dalam perubahan sikap bahkan di kalangan para pemimpinya, demikian salah satu pernyataan Al-Zeer dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC).

Zer yang juga Direktur Pusat Hak Kembali Palestina di London mengatakan, nuansa bibit negatif terhadap Israel tidak muncul secara tiba-tiba. Namun secara bertahap, bertumpuk dan semakin keras, sejak pembantaian Zionis di Shabra dan Syatila tahun 1982, intifadah Al-Aqsha tahun 2000 hingga agresi terakhir mereka ke Gaza.
Semua itu membentuk opini yang mengubah pandangan masyarakat Eropa terhadap Israel. Ditambah munculnya sejumlah lembaga dan yayasan Palestina di Eropa merupakan bukti ketidak senangan bangsa Eropa dan mulai mengenal hakikat masalah Palestina sebenarnya. Apalagi dengan adanya media yang semakin luas dan dapat diakses oleh siapapun dari manapun mengungkap kebenaran yang terjadi selama ini.
Perubahan Resmi
Zer menyebutkan, sikap resmi Barat dan Eropa terbukti pada perubahan paradigma standar dari sebelumnya. Misalnya mundurnya seorang menteri Inggris akibat kebijakan negeranya terhadap Israel. Juga sikap Spanyol yang membantalkan transaksi penjualan senjata ke Israel.
Kondisi ini diakui seorang penulis dan aktivis Zionis, Baher Lerr yang menyebutkan, penyebab utama kondisi ini adanya perubahan pandangan rakyat. Ia mengatakan, perdana menteri Benyamin Netanyahu tidak menghentikan agresinya kecuali atas tekanan Amerika dan Eropa. AS dan Eropa tentu bersikap seperti itu atas desakan rakyatnya.
Zer menambahkan, sikap dunia Eropa ini lahir dari kewajiban moral yang menolak adanya kekerasan yang dilakukan Zionis sejak tahun 1948 terhadap warga sipil dan anak-anak.
Hal yang sama diungkapkan, kampanye solidaritas Palestina di Inggris, Hio Leng yang menegaskan adanya peningkatan signifikan terhadap Palestina di jalan-jalan Inggris mencapai 10 %.
Demikian juga dengan munculnya sejumlah aksi dan gelombang dukungan yang memainkan peranan penting dalam meyakinkan masayarakat Eropa tentang adanya pembantaian terhadap warga Palestina oleh Israel, selain tentunya peran media serta jejarin sosial dalam kaitan ini.
Eropa kini diwarnai intifadah simpati terhadap Palestina berkat media dan perlawanan yang melindungi rakyatnya serta peran para politisi dalam perundingan, tukasnya.*