Hidayatullah.com–Mantan Pimpinan Hamas di Gaza, Ismail Haniyah, telah terpilih secara bulat sebagai kepala organisasi Palestina tersebut, kantor berita resmi organisasi itu mengumumkan pada Sabtu.
Dia diharapkan tetap berada di Gaza, wilayah Palestina otoritasnya dipimpin Hamas sejak 2007, tidak seperti Khalid Misyal, yang tinggal di pengasingan di Doha dan telah memimpin selama dua periode.
“Dewan Syuro Hamas pada Sabtu memilih Ismail Haniyah sebagai kepala biro politik Hamas,” kantor berita resmi Hamas dikutip Middle East Eye (MEE).
Terlahir di Gaza, pria bernama lengkap Ismail Abdus Salam Ahmad Haniyah Abu Abdis Salam terpilih sebagai Ketua Biro Politik Hamas yang saat ini berumur 54 tahun, menjabat sebagai perdana menteri Palestina setelah kemenangan kelompok itu pada pemilu 2006 dan meskipun secara haknya diambil oleh presiden Palestina dukungan Israel dan Amemrika, Mahmoud Abbas.
Terpilihnya Haniyah terjadi beberapa hari setelah Hamas merilis sebuah dokumen baru yang merevisi pandangan politik dari piagam pendirinya.
Yang berisi seruan agar Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menjadi sebuah “framework nasional” bagi rakyat Palestina, dengan mendukung negara Palestina yang perbatasannya telah ditetapkan oleh perang Arab-Israel 1978, dan menyatakan musuh utama mereka ialah “proyek penjajahan Zionis,” bukan orang Yahudi.
Baca: 8 Tahun Menjabat, Ismail Haniyah Tinggalkan Kekuasaan Secara Sukarela
Seurat, seorang peneliti Pusat Penelitian dan Studi Internasional yang bermarkas di Paris, mengatakan bahwa pemilihan tersebut merupakan sebuah perubahan bagi gerakan itu, yang sebelumnya dipimpin dari Doha dan dari Damaskus sejak Israel membunuh pendirinya, Syeikh Ahmad Yasin di Gaza pada 2004.
Ismail Haniyah sendiri dikenal sebagai pemimpin yang mendapat tempat di hati rakyat Palestina, khususnya Gaza.
“Terpilihnya Haniyah merupakan sebuah tanda bahwa kepemimpinan Gaza telah mendapatkan kembali jabatan tinggi dari mereka yang berada di luar,” katanya.
Haniyah mengalahkan, Mussa Abu Marzuk dan Mohamed Nazzal, dalam pemilihan suara.
Ismail Haniyah pernah menduduki beberapa jabatan di Universitas Islam Gaza sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota Dewan Pengawas.
Ia juga sempat menjadi anggota Komite Tertinggi untuk Dialog dan Perwakilan Hamas dalam Komite Fraksi Nasional dan Islam pada saat intifadhah kedua.
Lulusan Universitas Islam Gaza (1981) jurusan Fakultas Sastra Arab Pertama ini kali ditangkap otoritas Israel pada tahun 1987 karena keterlibatannya dalam Intifada Palestina. Ia ditawan selama 18 hari.
Baca: Dokumen Baru Hamas: Akui Wilayah Palestina Sesuai Perbatasan 1967, Tak Akui Israel
Tahun 1989 Ismail Haniyah ditangkap lantaran bergabung dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan mendekam di penjara selama tiga tahun, kemudian diasingkan ke daerah Marj El Zohour, Libanon bagian selatan.
Tahun 2003 ia sempat mengalami percobaan pembunuhan saat Zionis menargetkan dirinya dan Syeikh Ahmad Yasin.
Pria yang pernah menduduki peringkat daftar tokoh ‘Perubahan dan Pembaharuan’ usai memenangkan kursi terbanyak di Dewan Legislatif Palestina pada Pemilu 2006 ini terpilih menjadi perdana menteri Palestina bulan Februari 2006.
Dengan terpilihnya Ismail Haniyah sebagai pimpinan baru biro politik Hamas, Khalid Misy’al, ketua demisioner biro politik Hamas akan menjadi petinggi pertama dalam Gerakan Perlawanan Islam Hamas yang beralih jabatan dari pimpinan gerakan menjadi anggota biasa.*/Nashirul Haq AR